Sabtu, 29 Juli 2017

Ghost called writing block

Ghost called Writing Block

Di penghujung senja yang makin memerah disertai deburan ombak dari pantai lovina,  kira kira 200 meter dari bibir pantai berdirilah sebuah villa yang cukup tenang karena tak memiliki banyak kamar.  Hanya sekitar 5 kamar villa private dan sebuah Taman bersama yang cukup nyaman untuk bersantai di penghujung hari. 

Terhampar beberapa pohon rindang dengan rumput yang tertata rapi di bagian kiri jalan setapak menuju masing - masing kamar.  Sedangkan di sebelah kanan terdapat deretan bunga yang bermekaran namun tertata rapi di dalam pot bunga yang menemani perjalanan menuju kamar.  Tak lupa juga patung berarsitektur khas Bali siap menyambut kehadiran para tamu tepat di persimpangan pintu masuk setiap kamar villa. 

Kulihat ada sepasang kekasih berusia paruh baya bersama kak Putu staff villa ini sedang mengantar mereka menuju kamar villa Melati.  Akupun menyapa ramah Pria jangkung yang menurutku berotak cerdas yang nampak dari dahi lebarnya dan sedikit maju tersebut. 

" Sore kak Putu. " sapaku sambil melambaikan tangan.
" Eh,  nona berhijab sudah pulang.  Tidak ke pantai kah,  menikmati sunset Indah pantai lovina?  " tanyanya keheranan. 


" Enggak ah,  kemarin udah lihat lagian sekarang lagi bete. "  sahutku singkat.
Dia pun akhirnya menghampiriku yamg sedang duduk di teras berteman secangkir capuccino hangat yang tergeletak di atas meja berupa bongkahan kayu yang dipelitur ulang hingga nampak mengkilat dan serat kayunya masih jelas. 

" Kenapa bete nona manis?  Kalo beli gak salah ingat,  waktu check in kemarin siang , katanya lagi liburan dan mencari inspirasi biar bisa menelorkan karya tulis yach? " tanyanya keheranan. 

"Iya sih kak.  Tapi sudah berbulan-bulan gak bisa nulis,  kehabisan ide. " jawabku makin bete sambil menyeruput kopi hangatku.
Wajah keheranan nampak diwajahnya,  hingga akhirnya dia mulai duduk di kursi yang ada di sisi meja.  Seolah ingin berbagi cerita atau sekadar mencari teman bicara. 

" Maaf ya non,  saya boleh duduk kan. " pintanya padaku.
" Ok,  silahkan. Sambil menjadi temen ngobrolku biar ga bengong sendirian. " sahutku kegirangan.

" kalo beli gak paham nulis,  tapi bukankah ide bisa darimana saja yah.  Emang non Rika nulis apa sih?  Kalau boleh tahu. " tanyanya santun namun penuh tanya dan solusi yang ingin dilontarkannya. 

" Hehehe....  Nulis karya fiksi tapi gak jarang juga buat artikel non fiksi gitu. " jawabku sambil tersipu malu.
" Wuih.. Keren. Banyak baca kayaknya non Rika, buktinya bisa nulis cerita imajinasi sama nulis artikel.  " sahutnya terkagum. 

" hmm... Nggak juga sih,  dulu sering baca.  Kalau sekarang rada berkurang karena kesibukan yang terelakkan. " jawabku sedikit sedih.
" Loh,  kok gitu.  Mungkin itu penyebabnya non,  karena jarang baca akhirnya kurang asupan nutrisi.  " sahutnya santai. 

" Kurang Nutrisi?  Mana ada?  Penuh lemak nih . " sahutku keheranan.
" Nutrisi otak maksudnya non. " sahurnya singkat tapi cukup menghujam hatiku karena ucapan cowok pantai itu memang bener adanya. 

Brrrtt... Brrtttt

Suara itu menghentikan lamunanku atas ucapan kak Putu,  ternyata hpnya berdering pertanda pekerjaan sedang menantinya.
" Udah dulu ya non,  waktunya berburu pundi pundi emas. See you. " pamitnya buru-buru.

Akupun mulai merenungkan lagi ucapan staf villa itu,  meski sederhana namun aku akui itulah akar permasalahan yang sedang kualami.  Hampir 6 Bulan lamanya aku tak menghasikan tulisan berbobot,  meski banyak tulisan yang kutorehkan selama 1 tahun terakhir namun kurang sarat makna.  

Apalagi 1 bulan terakhir,  setiap aku mulai membuka laptopku.  Hanya satu atau 3 kata yang tertulis,  namun tak ada kata lanjutan yang teetorehkan lagi.  Hingga mata ini tersilaukan oleh layar putih yang menyilaukan .

Setelah menghabiskan tetesan capuccino, angin mulai terasa menusuk jantungku.  Kegelapan pun mulai terasa di sekitarku,  karena aku lupa menyalakan lampu di bebrapa sudut villaku. Entah tiba tiba kenapa aku merasa merinding dan ketakutan,  mungkin karena aku sendirian di villa inikah?

"Bukankah ini malam keduaku,  kenapa aku ketakutan begini." bisikku dalam hati.
akupun beranjak masuk ke villa dan mulai menyalakan musik dari laptop berstikerkan full hello kitty dan aku mulai duduk di tepi kolam renang mini yang berwarna biru dan berbentuk oval  sepanjang 3x1 meter. 

Berharap aku mendapatkan ide dengan membuka file microsoft word dengan tipe blank. 5 Menit  pertama kuhabiskan hanya memandang layar kosong , akhirnya aku kembali menyibukkan diri dengan bernyanyi mengikuti lagu yang sedang diputar. 

 10 menit kemudian aku mulai melihat layar kembali,  terdiam beberapa waktu hanya makin merasakan kegalapan di sekitarku. Laptop seolah ingin ngambek dan marah kepadaku karena jarang sekali aku membelainya dengan menulis cerita hingga berjam-jam. 

Bahkan mungkin si kitty/ panggilan buat laptopku ingin menggetok kepalaku dengan badannya yang kekar biar ide dan kata-kata rontok berjatuhan dari kepalaku dan bisa segera dituangkan melalu deretani tuts empuknya. 

Writing block pasti menyerang penulis manapun. Tak terkecuali penulis newbie seperti aku. Namun aku tak mau terjebak terus-terusan, hingga aku putuskan untuk menempuh perjalanan wisata selama satu minggu di Bali.  

Aku mulai merenung kembali,  bagaimana caraku agar bisa keluar dari penyakit yang menghantuiku selama berbulan Bulan. Kumulai mencerna kata-kata kak Putu,  banyak baca lagi buat asupan alias nutrisi otak. Mungkin dengan begitu aku bisa mulai menemukan soul menulisku,  dengan mulai bercengkerama dengan barisan kata agar aku mulai jatuh Cinta lagi pada dunia penulisan. 

Sambil mendengar alunan acoustic cover song dari  J. FLO akupun  mulai membuka halaman mbah google dan mencari beberapa cerpen atau novel ringan untuk pemanasan otakku.  Anggap saja sebagai camilan ringan otakku. 

Tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul.  20.00 WITA.  Udara dingin pun mulai merasuk ke tulang rusuk hingga memaksaku untuk beranjak dari rumput di tepi kolam dan masuk ke kamar hangatku berteman selimut bermotif polkadot black and white. 

Sembari menyalakan TV,  aku pun mulai berimajinasi dan seperti mendapat sebuah potongan ide cerita yang ingin kutulis. Saat itu yang terlintas adalah menulis cerpen mengenai perjalanan wisata sepasang kekasih muda,  sosok yang tergambar adalah 2 tamu yang ada di villa sebelahku tadi sore. 

Tentu saja sudah aku persiapkan sedkit konflik sepanjang liburan mereka dan sedikit humor yang mereka rasakan selama liburan.  Tak lupa ciri khas ku yang suka memberikan konflik kejutan di pertengahan cerita yang sekaligus klimaksnya,  namun masih belum tergambar endingnya. 

Tanpa kusadari obrolan ringan yang berasal dari seseorang tak terduga menjadi obrolan cerdas yang cukup bermakna dan mengobati diri dari ketakutan akan hantu called writing block. 

Yah,  not too bad untuk tahap awal menyembuhkan diri dari hantu called writing block.  Dan sekarnag aku sudah mampu melanjutkan 3 novelku yang telah terbengkalai selama 1 tahun.  Serta menelurkan beberapa cerpen dan artikel pendek sebagai camilan untuk nutrisi kemampuan menulisku.

Itulah sedikit kisahku mengenai terlepas dari belenggu ketakutan atas momok bagi semua penulis. 

Thanks buat yang udah baca. 

2 komentar:

Ditunggu kritik sarannya yach kak!

Review foundation budget 150k

Hai blogger readers, Aku bukan seorang beauty blogger profesional, namun cukup mencintai dunia makeup sebatas hobby dan kebutuhan haria...