Sabtu, 29 Juli 2017

Ghost called writing block

Ghost called Writing Block

Di penghujung senja yang makin memerah disertai deburan ombak dari pantai lovina,  kira kira 200 meter dari bibir pantai berdirilah sebuah villa yang cukup tenang karena tak memiliki banyak kamar.  Hanya sekitar 5 kamar villa private dan sebuah Taman bersama yang cukup nyaman untuk bersantai di penghujung hari. 

Terhampar beberapa pohon rindang dengan rumput yang tertata rapi di bagian kiri jalan setapak menuju masing - masing kamar.  Sedangkan di sebelah kanan terdapat deretan bunga yang bermekaran namun tertata rapi di dalam pot bunga yang menemani perjalanan menuju kamar.  Tak lupa juga patung berarsitektur khas Bali siap menyambut kehadiran para tamu tepat di persimpangan pintu masuk setiap kamar villa. 

Kulihat ada sepasang kekasih berusia paruh baya bersama kak Putu staff villa ini sedang mengantar mereka menuju kamar villa Melati.  Akupun menyapa ramah Pria jangkung yang menurutku berotak cerdas yang nampak dari dahi lebarnya dan sedikit maju tersebut. 

" Sore kak Putu. " sapaku sambil melambaikan tangan.
" Eh,  nona berhijab sudah pulang.  Tidak ke pantai kah,  menikmati sunset Indah pantai lovina?  " tanyanya keheranan. 


" Enggak ah,  kemarin udah lihat lagian sekarang lagi bete. "  sahutku singkat.
Dia pun akhirnya menghampiriku yamg sedang duduk di teras berteman secangkir capuccino hangat yang tergeletak di atas meja berupa bongkahan kayu yang dipelitur ulang hingga nampak mengkilat dan serat kayunya masih jelas. 

" Kenapa bete nona manis?  Kalo beli gak salah ingat,  waktu check in kemarin siang , katanya lagi liburan dan mencari inspirasi biar bisa menelorkan karya tulis yach? " tanyanya keheranan. 

"Iya sih kak.  Tapi sudah berbulan-bulan gak bisa nulis,  kehabisan ide. " jawabku makin bete sambil menyeruput kopi hangatku.
Wajah keheranan nampak diwajahnya,  hingga akhirnya dia mulai duduk di kursi yang ada di sisi meja.  Seolah ingin berbagi cerita atau sekadar mencari teman bicara. 

" Maaf ya non,  saya boleh duduk kan. " pintanya padaku.
" Ok,  silahkan. Sambil menjadi temen ngobrolku biar ga bengong sendirian. " sahutku kegirangan.

" kalo beli gak paham nulis,  tapi bukankah ide bisa darimana saja yah.  Emang non Rika nulis apa sih?  Kalau boleh tahu. " tanyanya santun namun penuh tanya dan solusi yang ingin dilontarkannya. 

" Hehehe....  Nulis karya fiksi tapi gak jarang juga buat artikel non fiksi gitu. " jawabku sambil tersipu malu.
" Wuih.. Keren. Banyak baca kayaknya non Rika, buktinya bisa nulis cerita imajinasi sama nulis artikel.  " sahutnya terkagum. 

" hmm... Nggak juga sih,  dulu sering baca.  Kalau sekarang rada berkurang karena kesibukan yang terelakkan. " jawabku sedikit sedih.
" Loh,  kok gitu.  Mungkin itu penyebabnya non,  karena jarang baca akhirnya kurang asupan nutrisi.  " sahutnya santai. 

" Kurang Nutrisi?  Mana ada?  Penuh lemak nih . " sahutku keheranan.
" Nutrisi otak maksudnya non. " sahurnya singkat tapi cukup menghujam hatiku karena ucapan cowok pantai itu memang bener adanya. 

Brrrtt... Brrtttt

Suara itu menghentikan lamunanku atas ucapan kak Putu,  ternyata hpnya berdering pertanda pekerjaan sedang menantinya.
" Udah dulu ya non,  waktunya berburu pundi pundi emas. See you. " pamitnya buru-buru.

Akupun mulai merenungkan lagi ucapan staf villa itu,  meski sederhana namun aku akui itulah akar permasalahan yang sedang kualami.  Hampir 6 Bulan lamanya aku tak menghasikan tulisan berbobot,  meski banyak tulisan yang kutorehkan selama 1 tahun terakhir namun kurang sarat makna.  

Apalagi 1 bulan terakhir,  setiap aku mulai membuka laptopku.  Hanya satu atau 3 kata yang tertulis,  namun tak ada kata lanjutan yang teetorehkan lagi.  Hingga mata ini tersilaukan oleh layar putih yang menyilaukan .

Setelah menghabiskan tetesan capuccino, angin mulai terasa menusuk jantungku.  Kegelapan pun mulai terasa di sekitarku,  karena aku lupa menyalakan lampu di bebrapa sudut villaku. Entah tiba tiba kenapa aku merasa merinding dan ketakutan,  mungkin karena aku sendirian di villa inikah?

"Bukankah ini malam keduaku,  kenapa aku ketakutan begini." bisikku dalam hati.
akupun beranjak masuk ke villa dan mulai menyalakan musik dari laptop berstikerkan full hello kitty dan aku mulai duduk di tepi kolam renang mini yang berwarna biru dan berbentuk oval  sepanjang 3x1 meter. 

Berharap aku mendapatkan ide dengan membuka file microsoft word dengan tipe blank. 5 Menit  pertama kuhabiskan hanya memandang layar kosong , akhirnya aku kembali menyibukkan diri dengan bernyanyi mengikuti lagu yang sedang diputar. 

 10 menit kemudian aku mulai melihat layar kembali,  terdiam beberapa waktu hanya makin merasakan kegalapan di sekitarku. Laptop seolah ingin ngambek dan marah kepadaku karena jarang sekali aku membelainya dengan menulis cerita hingga berjam-jam. 

Bahkan mungkin si kitty/ panggilan buat laptopku ingin menggetok kepalaku dengan badannya yang kekar biar ide dan kata-kata rontok berjatuhan dari kepalaku dan bisa segera dituangkan melalu deretani tuts empuknya. 

Writing block pasti menyerang penulis manapun. Tak terkecuali penulis newbie seperti aku. Namun aku tak mau terjebak terus-terusan, hingga aku putuskan untuk menempuh perjalanan wisata selama satu minggu di Bali.  

Aku mulai merenung kembali,  bagaimana caraku agar bisa keluar dari penyakit yang menghantuiku selama berbulan Bulan. Kumulai mencerna kata-kata kak Putu,  banyak baca lagi buat asupan alias nutrisi otak. Mungkin dengan begitu aku bisa mulai menemukan soul menulisku,  dengan mulai bercengkerama dengan barisan kata agar aku mulai jatuh Cinta lagi pada dunia penulisan. 

Sambil mendengar alunan acoustic cover song dari  J. FLO akupun  mulai membuka halaman mbah google dan mencari beberapa cerpen atau novel ringan untuk pemanasan otakku.  Anggap saja sebagai camilan ringan otakku. 

Tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul.  20.00 WITA.  Udara dingin pun mulai merasuk ke tulang rusuk hingga memaksaku untuk beranjak dari rumput di tepi kolam dan masuk ke kamar hangatku berteman selimut bermotif polkadot black and white. 

Sembari menyalakan TV,  aku pun mulai berimajinasi dan seperti mendapat sebuah potongan ide cerita yang ingin kutulis. Saat itu yang terlintas adalah menulis cerpen mengenai perjalanan wisata sepasang kekasih muda,  sosok yang tergambar adalah 2 tamu yang ada di villa sebelahku tadi sore. 

Tentu saja sudah aku persiapkan sedkit konflik sepanjang liburan mereka dan sedikit humor yang mereka rasakan selama liburan.  Tak lupa ciri khas ku yang suka memberikan konflik kejutan di pertengahan cerita yang sekaligus klimaksnya,  namun masih belum tergambar endingnya. 

Tanpa kusadari obrolan ringan yang berasal dari seseorang tak terduga menjadi obrolan cerdas yang cukup bermakna dan mengobati diri dari ketakutan akan hantu called writing block. 

Yah,  not too bad untuk tahap awal menyembuhkan diri dari hantu called writing block.  Dan sekarnag aku sudah mampu melanjutkan 3 novelku yang telah terbengkalai selama 1 tahun.  Serta menelurkan beberapa cerpen dan artikel pendek sebagai camilan untuk nutrisi kemampuan menulisku.

Itulah sedikit kisahku mengenai terlepas dari belenggu ketakutan atas momok bagi semua penulis. 

Thanks buat yang udah baca. 

Catch my dream

Penulis inspirator.  RHONDA BRYNE
Judul.  The Power

Cerpen. Catch my dream
By.  Riendra Siswin


Dikala semua harapan seolah sirna,  lilin lilin penerang kehidupan mulai padam.  Bahkan seberkas cahaya yang cukup jauh dalam lorong gelap hidupku pun perlahan makin tak nampak hingga kegelapan dan sepi yang terasa.

Bagi sebagian orang mungkin akan memilih mengakhiri hidupnya dalam himpitan kehidupan yang cukup keras ini.  Namun tidak bagiku,  meski saat ini tak tahu harus berbuat apa,  takkan kuakhiri hidupku secepat itu.  Mimpi yang meski  terlihat sangat impossible , akan kukejar hingga nafas terpisah dari ragaku.

Fachrudin Nur Cahyo adalah nama yang sudah melekat sejak nafas ini mulai terhembus di dunia. Terlahir di keluarga kelas bawah bukanlah pilihanku sewaktu masih menjadi roh bergentayangan . Namun aku tetap menjalani hidup yang sangat berat tersebut.  Sejak kecil aku hidup dengan ekonomi yang kekurangan bahkan tak jarang sehari bisa makan itu sudah berlimpah.

Bersyukur aku bisa menamatkan sekolahku hingga SLTA dengan uang yang aku peroleh dengan membantu tetangga berjualan jajan pasar.  Pagi buta aku membantu bu Surti membawakan kie ke pasar tradisional dekat rumahku.  Saat matahari mulai menampakkan kesombongannya,  akupun pamit untuk berangkat sekolah,  hingga sang Raja hari telah lelah dan mulai menyingsing ke barat aku pergi ke warung kopi yang ada di pelabuhan.

Semuanya berlalu begitu saja tanpa kusadari bahwa diri ini sudah menginjak usia 30-an.  Keinginan untuk membangun sebuah keluarga pun terlintas,  namun apalah daya diri yang serba kekurangan. 

Di suatu senja kala Mentari yang berwarna kemerahan mulai menunduk malu di pesisir pantai , dsertai hembusan angin yang sepoi namun menyejukkan raga yang lelah ini pun mulai membawa diri menuju imaji.

Sesaat terlukiskan sosok sang bidadari diawan namun sedikit tertutupir oleh segerombolan awan putih hingga aku tak mampu melihat wajah sang pelangi.  Dalam benakku terbesit rasa untuk menemukan sosok anggun seperti bidadari.  Namun tiba-tiba  anganku terbuyarkan oleh teriakan seorang ibu yang memanggil anaknya untuk pulang dan keluar dari hamparan pasir yang berbisik lembut saat terhempas sang angin.

Kala kubuka mata maka aku sadar semua itu adalah imajinasi kosong dan harus segera terlupakan,  namun saat kudengar suara alam dan sederetan semut yang sedang berkonvoi di atas Batang pohon kayu yang aku dudukin aku tertegun sejenak.  Kumulai bertanya,  seekor semut saja mampu membawa beban melebihi ukuran tubuhnya,  berarti nothing is impossible.

Disamping itu,  alam selalu selaras meski apapun yang terjadi.  Seburuk apapun kondisi alam,  maka alam akan memperbaiki dirinya.  Jadi kenapa aku yang memiliki akal dan segenap kehebatan yang tak dimiliki orang lain tak mampu memperbaiki ketidakseimbangan kehidupan.  Menurut buku yang pernah kubaca sewaktu sekolah yang mencuri waktu untuk menjejali otakku dengan buku di perpustakaan umum dulu,  disebutkan bahwa "Apa yang kau pikirkan itulah yang akan terjadi. "

Benar juga yach,  selama ini aku berpikir aku hanyalah anak pinggiran pantai yang terlahir dan akan mati disini dengan kondisi apa adanya. Makanya meski aku kerja mulai pagi hingga larut malam,  yang kudapatkan sebatas untuk sesuap nasi yang mengganjal perut mungilku yang hanya terbalut serpihan tulang dan kulit gelapku  saja.

Maka mulai detik ini harus kuubah pikiranku,  harus kulukis ulang imajinasi dalam alam mimpiku.  Agar aku mampu mengukir tinta emas dalam kanvas kehidupanku.  Dan sejak sore Indah itu,  rutinitasku tak berubah namun satu hal yang berubah yaitu mindset didalam otak yang terlindungi tulang keras bernama tempurung kepala.

Setelah beberapa waktu,  aku bisa memiliki sebuah hp android meski gak mahal namun cukup buat membuka mbah google yang kata orang serba tahu. Akupun mulai banyak membaca di penghujung hariku dan menambah cakrawala ilmu yang mungkin 10 tahun terakhir tertutup karena kesibukanku untuk mengais rejeki di muka bumi yang kata para filsuf era socratik (abad 5-6 SM)  itu datar,  namun terbantahkan setelah dibuktikan oleh aristoteles pada 330 SM bahwa bumi itu bulat. 
Pertemuan yang tak disengaja dengan seorang gadis cantik yang mempesona,  dengan helaian kain panjang yang membalut tubuh moleknya itu sungguh tak terlupakan.  

Dia mampu merubah segala cara pandangku pada dunia menjadi lebih baik.  Awalnya aku yang sangat apatis dengan orang lain yang kaya , mungkin karena kondisiku yang terpuruk.  Namun kala mengenalnya sungguh aku terkejut,  ternyata masih ada insan berstatus kaya itu memiliki hati lembut dan tak sombong.
Meski mengetahui siapa sebenarnya sosok diri yang kumuh ini,  tak sekalipun dia merendahkan martabatku.

Tak jarang aku berbagi sudut pandang dan filosofi kehidupan dengannya.  Hingga ia mampu merubah mindsetku yang berorientasi pada keseimbangan alam atau hukum law of attraction menjadi berorientasi pada hal religi.  Konsepnya tak jauh berbeda dengan buku yang pernah kubaca namun lebih berorientasi pada Sang Pencipta.  Akupun mulai mengikuti saran dan cara berpikirnya,  kehidupan memang tak membalik layaknya membalik tangan. Namun aku mulai rasakan ketentraman yang lebih mendalam bahkan dikala cobaan mulai banyak menderaku.

Dia selalu ada untuk mensupportku,  hingga diri ini tak kuasa untuk tak mengutarakan perasaan sayangku padanya.  Bahkan kuberanikan diri untuk datang menemui dia dan keluarganya.  Tanpa ditanya pun,  kalian tahu jawabannya.  Pastinya diri ini tak diterima,  namun bukan oleh gadis anggun yang selalu mendampingiku melainkan oleh segenap keluarga besarnya.

Apa aku menyerah?  Tentu tidak.  Aku telah mengalami intimidasi status sosial semenjak terlahir,  jadi itu sudah biasa bagiku.  Aku terus dan tetap menghampiri dan hadir di kehidupan wanita anggun bak seorang bidadari syurgawi yang menutupi kemolekannya dengan helaian busana syar'i.  Meski terkadang hatiku tersayat atas sikap dan ucapan keluarganya.  Apa aku marah?  Tidak.  Karena apa yang kita tarik itulah yang akan kita dapat.  Oleh sebab itu,  aku tak pernah bereaksi negatif dan gak bernegatif thinking terhadap gladys dan keluarganya.

Namun aku takkan menyerah berusaha memperoleh bidadariku dengan cara santun,  karena aku percaya bahwa " Hasil takkan pernah mengkhianati proses dan usahanya". Sampai darah tak sanggup mengaliri denyut nadiku dan nafas sudah tak mampu berhembus dalam ragaku,  maka saat itulah diriku akan menyerah untuk  menggapai mimpi dan imajiku.

Kamis, 20 Juli 2017

EGOIS

" Gunung Himalaya yang dikenal memiliki bunga es abadi saja masih bisa ditaklukkan! "
" Gurun Sahara yang dikenal gersang,  masih memiliki oase untuk melepas dahaga para pelancong! "
" Tak meleleh kah kebekuan hatimu atas segala sikap manisku? "
" Detik demi detik kulalui bersamamu demi menemukan kunci untuk membuka peti hatimu yang telah engkau kubur bersama masa lalumu! Apa itu bukan perjuangan? "
" Saat kulihat kedalam lautan hatimu,  kumulai temukan palung terdalam yang membuatmu begitu dingin pada sosok lelaki. Namun aku tak berpaling! "
" Berkali-kali ku menyelam hingga kehabisan nafas,  agar kumampu menarikmu ke tepi  pantai bernama Cinta.  Namun engkau masih tak mau melepas genggaman pada peti hitam itu.  Tak sadarkah kau,  itu makin menarikmu jauh terbenam dalam palung kegelapan hatimu! "
" Stop!  Jaga Ucapanmu!  Kau tak mengenalku,  don't judge! "
" Sombong sekali wanita itu,  sok kecantikan banget.  Kasihan dia,  sepertinya dia pria baik-baik. "
" Kalau aku jadi tuh cewek, kan kugenggam dia erat dan takkan melepaskannya. "
" So sweet banget dia,  layaknya pangeran berkuda putih dalam dongeng cinderella. "
" Sudahlah,  percuma berdebat.  Biarlah waktu yang akan menjawab.  Kau tak pernah menjadi diriku,  takkan mungkin kau memahami makna dibalik semua sikapku. "
" Bila esok kau masih menemuiku,  aku anggap kau memahamiku.  Bila tidak,  it's fine.  Aku paham dan mungkin ini pertemuan terakhir kita.  So, i wanna say thanks for everything and i apologize for all.  Selamat tinggal sayang. "
Kutinggalkan dia disana beserta seperangkat bunga dan pemain biola yang digunakannya untuk melamarku di malam valentine tahun ini. 
Sejak malam itu , aku tak pernah melihatnya lagi. Namun gara-gara semalam saat aku berjalan-jalan di toko buku dan kulihat buku bertuliskan " untuk Deviana! " dengan pengarangnya bernama Eka Kurnia Meghan. Aku terkejut.
Saat kubaca novel itu semalam suntuk,  aku tak kuasa menahan tangisku. Dia tidak menghilang namun membuktikan cintanya kepadaku.
Bahkan saat berada di halaman terakhir bukunya dia masih berusaha melamarku dan meninggalkan sebuah nomer untuk dihubungi.
" Hallo ... Ni'am.  " kutelepon dia dengan panggilan sayangku dulu.
" E... Ee.. Viii..... Kaukah ini? Kau sudah melihat perjuanganku untuk membuktikan cintaku? "
" Jadi,  sudah layakkah aku menemuimu dan melamarmu kembali? "
" Maafkan aku Ni'am,  I Love U too.  Dan aku bersedia !"

Sabtu, 15 Juli 2017

Get Well Soon



Kringgg........

"Hallo,  iya.. Iya!  Ini bentar lagi udah mau sampai di lokasi.  Sabar dikit kenapa,  rempong sekali,  kayak mau kiamat saja! " suara keributan yang terdengar bercampur hiruk pikuk keramaian jalanan kota.
Suara laju motor matic tua itu makin terdengar cukup keras dan bising. Tak lama kemudian terdengar suara klakson saling  bersahutan dan akhirnya hal tak terduga pun terjadi.

Brakkkk........

Suara yang terdengar saat aku terjatuh karena kelalaian seseorang. Hingga tubuh rapuhku pun harus membelai aspal jalanan berwarna pekat dengan wangi khasnya yang menyengat tatkala terpapar sinar matahari yang terik.

Aku yang terkapar kaku sudah tak mampu merasakan tiap bagian raga ini, hingga kesadaranku pun perlahan sirna. Seolah diri ini merasa itu adalah moment saat aku harus menutup usia.  Namun kucoba memaksakan diri dan mulai menatap keadaaan di sekitarku sesaat setelah kecelakaan terjadi.

Kutatap tubuh ini yang penuh luka-luka hingga ragu akan bagian vital pada ragaku apa masih berfungsi dengan baik. Tak lama kemudian mulai sayup-sayup kumendengar gemuruh keriuhan disekelilingku. Dan di antara orang-orang yang mengitariku ada sosok malaikat penolong yang menjauhkan diri ini dari empuknya kasur jalanan.

Setelah itu perlahan kesadaran ini mulai pudar hingga aku tak mampu mengingat lagi apa yang terjadi setelah orang itu memindahkan tubuhku. Yang kuingat saat membuka kedua mata ini, diriku sudah berada di sebuah ruangan yang sedikit redup disekelilingnya namun ada seberkas cahaya yang sangat terang dan menyilaukan menyinari tepat diatas tubuhku. Lalu disisi kananku dapat kulihat walau dengan tak jelas berbagai alat kecil seperti gunting, pisau, pinset dan beberapa alat lainnya yang tertata rapi dalam satu wadah berbentuk persegi.

Dan kemudian ada sekelebat bayangan mendekatiku.
"Sepertinya bagian ini harus ditransplantasi agar dia bisa kembali normal, tapi kita harus memberitahukan hal ini dulu pada seseorang terlebih dahulu. Bagaimana menurutmu, Bro?" tanya sosok itu pada partnernya yang berkacamata.

"Gak perlu, Sob. Ini sudah urgent, langsung kita tangani saja sebelum terlambat dan bisa menyebabkan malfungsi pada bagian lainnya." jawab si kacamata dengan gaya sok jeniusnya.

"Apa ?? Seenaknya aja main ganti, emangnya mereka yakin bagian itu harus diganti ? Jangan ngawur, jika terjadi malpraktek, awas kalian !!" kesalku atas percakapan mereka sebelum kesadaranku sirna.

Entah berapa lama aku pingsan sebelum akhirnya kesadaranku perlahan pulih setelah dua orang tadi mengkorek-korek bagian vital pada tubuhku.
"Syukurlah semua berjalan lancar. Kondisinya udah kembali normal walau penuh luka-luka pada bagian luar." ucap sosok yang tadi mengoperasi diriku dengan gaya sok keren sambil menyisir rambutnya dengan tangan kanan.

"Allhamdulilah." ujar sesosok wanita berhijab dengan ekspresi penuh kelegaan sambil memandangku yang terkapar di atas meja kayu.

Lalu tiba-tiba pria yang berkacamata meraihku dan menyerahkan diri ini pada wanita tersebut yang tak lain adalah pemilikku. "Ini hpnya, tolong dijaga dengan baik. Kasihan, masih bagus kok barangnya." dan tuanku pun hanya tersipu malu mendengar ucapan si kacamata. "Oh iya, berapa biayanya?" tanya pemilikku dengan masih tersenyum. "Rp 450.000 aja, itu udah termasuk bagian ic power yang diganti juga jasa servisnya." jawab si sok keren yang sedari tadi membelai rambutnya.

"Ok." ujar pemilikku sambil membuka tas mininya yang berwarna pink dan sedikit usang. Dan sesaat kemudian ia menyerahkan beberapa lembar kertas berwarna merah serta biru yang terlihat masih kencang.

"Makasih, Mbak. " ujar si sok keren dengan senyum genitnya. Tuanku hanya tersenyum tipis, kemudian ia bergegas meninggalkan tempat itu setelah menaruhku di dalam tasnya. Syukurlah kini diriku telah kembali normal walau tubuh ini sudah tak semulus saat pertama kali dibeli. 

Kuakui memang tuanku orangnya rada kasar namun ia cukup peduli padaku, buktinya ia langsung membawaku ke tukang servis begitu tahu kondisi diri ini ketika terjatuh dari motor saat ia asyik menelepon kekasihnya sambil berkendara, dimana kala itu aku diletakkan di sela-sela helmnya. 

Rasa syukurku pun tak habis-habisnya karena tukang servisku adalah sosok yang profesional dalam pekerjaannya. Hingga diri ini tak berminggu-minggu berada dalam tumpukan pasien-pasien lainnya yang mungkin sudah tak tertolong lagi. Kini aku pun harus kembali melayani dan menemani tuanku dalam mengisi segala aktifitasnya yang begitu sibuk.

Entah sampai kapan aku mampu melayaninya. Yang kutahu bahwa diri ini akan setia hingga tidak adanya aliran elektrik merambat ditiap jalur nadiku atau hingga tuanku bosan dan menggantiku dengan sosok baru yang mungkin lebih canggih dan mulus. Tapi sebelum itu terjadi, aku bersumpah akan mendedikasikan hidupku untuk melayaninya.

The end. 

#onedayonepost
#kelasfiksiodop
#tugaspertama

Review foundation budget 150k

Hai blogger readers, Aku bukan seorang beauty blogger profesional, namun cukup mencintai dunia makeup sebatas hobby dan kebutuhan haria...