Selasa, 31 Mei 2016

Indahnya Pelangi di Metropolis ~ part. 22

Teriknya matahari di kota pahlawan mulai menusuk kulit hingga merasuk kedalam relung jiwa para pencari rejeki di kota metropolitan di Provinsi Jawa Timur ini. Kebisingan dari kepadatan arus lalu lintas makin menenuhi setiap sudut jalan kota. 

Begitu pula, di salah satu kampus ternama di Surabaya itu, sengatan sang mentari yang membakar kulit, membuat para mahasiswa enggan berkeliaran di taman sekitaran fakultasnya. layaknya hati Quinsha yang sedang panas terbakar atas ulah sang pangeran tampan yang berusaha mengejar hatinya.

Namun berbeda dengan suasana hati sang pemilik paras tampan dari seorang Artha yang siang itu, yang sejak pukul 11.00 wib setelah membereskan semua urusan kantornya, dia segera meluncur ke kampus sang pujaan hati. 

Artha benar-benar bahagia dan berbunga-bunga sejak kemarin siang, setelah Quin meneleponnya. Hatinya bagai hamparan taman bunga Tulip di negeri Belanda yang bermekaran dan sangat indah untuk dilihat. 

Menyejukkan bagi siapapun yang menatapnya, begitu juga aura keceriaan yang terpancar di wajah Artha hari itu penuh rona kebahagiaan dan senyuman terindah yang pernah dinampakkan sang pangeran cinta.

Artha pun tiba di kampus Quin tepat pukul 12.00 wib, dan segera mengambil smartphone keluaran terbaru dari salah satu perusahaan gadget ternama dari korea selatan. Dan langsung dia hubungi kekasih pujaannya.

"Selamat siang, honey!! Udah finish belum kuliahnya?? Kalau udah, buruan yach..... aku tunggu di parkir mobil seperti biasa. Kan kita mau honeymoon ini!!" Sapa Artha sedikit manja untuk menggoda Quin supaya tak mendapat serangkaian puisi pedas dari sang putri es.

"Hmmm....... iya!! Ini dosennya baru saja keluar kelas, 5 menit lagi aku kesana!!  Satu lagi, berani bilang honeymoon lagi!! Hmmm.... I'm out from your plan!!" Jawab Quin singkat dengan nada sinis.

"Siap, nona Quinsha!! No word honeymoon!! And I'll be waiting you!!" Sahut Artha tegas dan penuh keseriusan sambil mengakhiri panggilan teleponnya.

Tak selang berapa lama, Quin datang dengan membawa satu ransel besar untuk perlengkapan liburan ke Bali. Tak banyak kata yang terucap dari bibir manis Quinsha, meski sedikit terjadi kebekuan selama perjalanan ke Bondowoso namun Artha juga tak memaksanya untuk bicara atau mencairkan suasana.

 Karena dia paham, bila dia mengutarakan sesuatu maka hanya kata-kata pedas level 15 lah yang bakal keluar dari bibir tipis sang kekasih. Quin masih marah atas kelancangannya membuat acara liburan tanpa sepengetahuannya. Apalagi bukan liburan yang dekat, sedikit jauh dan memakan waktu beberapa hari.

Setelah menempuh perjalanan hampir 5 jam akhirnya mereka sampai di kediaman Quin. Sambutan hangat dari keluarga Quin benar-benar membuat Artha merasakan arti sebuah kehangatan keluarga yang tak didapatkannya selama ini.

"Assalamualaikum" ucap Quin dan Artha bersamaan saat memasuki rumah.

"Waalaikumsalam, sini masuk nak Artha!! Ibu sudah siapkan makan malam untuk kalian tapi sebelumnya mandi dulu yach biar hilang rasa capeknya." Sambut ibunda Quinsha ramah.

"Bapak mana, bu??" Tanya Quin sambil mencium tangan ibunya dan memeluk penuh kerinduan.

"Masih di musholla, persiapan untuk adzan dan shalat maghrib!! Udah, buruan mandi...bau nich!! Ntar badan ibu ketularan bau keringatmu ini." Sahur ibu martiyem sambil mendekap anak kesayangannya.

"Yeaahhh....ibu!! Justru bau keringatku inilah pesona yang memikat dan bikin kangen loh. Buktinya ibu kalau gak bau aroma dekilku pasti kangen and nyuruh Quin pulang sejenak, bener gak??" Bantah Quin yang tak terima dikatain bau badan oleh bu martiyem.

"Iya, bener koq sayang. Parfum unik and limited edition versi kamu itulah yang paling aku rindukan. Makanya sehari saja gak mencium parfum itu rasanya gak afdhol gitu!!" Celetuk Artha yang mendengar ocehan Quin saat mau menuju kamar mandi.

"Wuidiihh ..... amit-amit!! Sapa juga yang mau disamperin tiap hari ama kamu?? Lagian, ini orang kagak diajak ngomong, nyahut aja sich!! Kuat bener sinyalnya?? Pake telkomsel tah??" Sahut Quin kesal mendengar ocehan Artha.

"Udah jangan bertengkar!! Nak Artha, buruan mandi gih!! Trus makan dan tidur yach, biar nanti waktu berangkat bisa fresh lagi!!" Pinta ibunda pada calon mantunya.

"Inggih ibu, permisi!! Saya mandi dulu yach" jawab artha singkat sambil bergegas ke kamar mandi.

Artha dan Quin pun menuruti perintah ibunda. Dan segera beristirahat supaya bisa fresh lagi sewaktu berangkat nanti malam.

Bagaimana kisah perjalanan liburan ke Balinya?

Akan ada keseruan apa??tunggu di chapter berikutnya yach.

Makasih buat yang udah baca dan komentar.

~~~~~~
#onedayonepost late post for 25 mei 2016
#ODOP
#cerbung

Indahnya Pelangi di Metropolis ~ part 21

Ketenangan hati terbentuk atas ringannya beban dalam kehidupan. Keceriaan hati pun dapat lenyap dalam sekejap layaknya embun yang menguap atas terik matahari yang mulai bersinar.

Begitu pula suasana hati Quin yang awalnya begitu ceria karena selesainya ujian di salah satu mata kuliah perpajakan yang paling dibencinya karena penuh hafalan, tiba-tiba dapat telepon dari sang ibu dan mengatakan besok harus pulang dan ikut liburan keluarga bersama Artha.

Tapi karena kurang detail, akhirnya Quin berusaha menghubungi Artha melalui HP Andro kesayangannya.

"Selamat sore, honey.... assalamualaikum, Quinsha sayang...kenapa?? Kangen tah sama Aa Artha??" Suara yang terdengar dari ponsel gadis manis itu.

"Udah dech, gak perlu sayang ato honey-honey an!! Itu apa maksudnya?? Besok kita ke pulang bareng ke Bondowoso?? Trus, maksudnya liburan bareng sama keluarga besar Quin itu apaan sich?? Quin bingung?? Gagal paham!!" Omel sang pujaannya Artha.

"Wow..wow.wow......sabar and pelan-pelan atuch!! Satu-satu tanyanya cinta!! " terdiam sejenak.

"Okay dech, aku jawab satu persatu yach. Iya, aku buat rencana liburan keluarga besarmu ke Pulau Bali selama 3 hari 2 malam. Berangkat hari jumat malam kita berangkat bersama mobil travel dari Bondowoso. Jadi sabtu pagi sudah ada di Bali." Terdiam sejenak untuk mengambil nafas.

"Kita berangkat dari Surabaya besok siang sepulang kuliahmu menuju Bondowoso, jadi nanti kita istirahat bentar dirumah kamu, baru kita meluncur ke Bali jam 21.00 an. Untuk keluarga bibi dan tantemu aku sudah pesan mobil travel yang sekaligus mengurus akomodasinya. Hanya saja, khusus kita dan calon mertua serta adik-adik manismu naik mobil aku yach.... biar romantis seperti lagi bulan madu gituch!!" Jawab sang pangeran penuh manja.

"Aaarrthaaaa!! How dare you!! Bisa-bisanya yach, bertindak sejauh ini tanpa konfirmasi sama aku dulu. Hmmm..... aku gak bisa!! Aku musti kerja!! Kamu berangkat sendiri saja sama mereka!!" Jawab Quin penuh emosi.

"Masalah kerjaan kamu, sudah beres dan jangan dipikirkan. Aku sudah bicara ama Bu Bos kamu. Aman dech. Okay, maaf aku putus dulu yach honey, aku masih ada meeting sama klien. Pokoknya besok aku jemput kamu ke kampus dan kita pulang bersama. Okay, love you, honey!! See you!!" Sahut artha tegas sambil menutup telepon dan bergegas kembali ke ruang meeting.

"Aaiissshhhh..... ini orang.... beneran dech....semaunya sendiri saja!! Tapi mendengar antusias bapak, ibu dan keluarga sepertinya tak tega juga kalau harus menggagalkan rencana yang  terlihat perfect ini. Hmmm.... ya sudahlah, kali ini kamu menang Artha. I follow your plan." Gumamnya dalam hati.

Akankah liburan ini menjadi liburan tak terlupakan bagi Artha dan Quin beserta keluarga besarnya?

Waiting next chapter yach......
Thanks buat yang udah bersedia baca and coment....

~~~~~
#onedayonepost late post for 24 mei 2016
#ODOP
#cerbung

Indahnya Pelangi di Metropolis ~ part. 20

Cerahnya mentari di kota Surabaya yang makin memikat para pecinta di bumi  yang penuh kesibukan, tak mampu mencerahkan pelangi dalam benak sang putri Quinsha. 

 Pesona ketampanan sang pangeran cinta Artha dengan bergelimpang kemewahan yang dimilikinya masih belum mampu meluluhkan hati sang mahadewi dalam balutan sosok tomboy namun anggun dari seorang Quinsha.

Pesona gadis manis penuh keceriaan, siapa yang takkan terpesona akan hadirnya yang selalu penuh tawa canda dan senyum manis yang makin memperindah ciptaan sang Maha Karya. Meski penuh dengan kata pedas dan ketus namun dengan senyum indahnya takkan mampu membuat sosoknya dibenci, justru itulah pesona unik dari gadis mungil ini.

Setelah seminggu kedatangannya ke kampung halaman Quin, ternyata belum merubah banyak hal atas perasaan sang pujaan hatinya. Akhirnya Artha pun tak kekurangan akal, dia menghubungi orang tua Quin dan berusaha akrab dengan calon mertuanya. Terutama yang paling sering diajak ngobrol di telepon adalah sang ibunda Quin.

Dan setelah hampir tiap hari menghubungi keluarganya, akhirnya sedikit ada perubahan dari sikap Quinsha karena tidak jarang orang tua Quin memuji Artha hingga sedikit mengubah penilaiannya pada sang pangeran cakep itu. Quin mulai bersikap ramah dan tidak sinis serta mulai bersedia membuka hatinya.

Lebih tepatnya, 2 minggu setelah kedatangan Artha ke rumah Quin di desa. Dia berinisiatif mengajak liburan seluruh keluarga besar Quin termasuk keluarga om dan tantenya.

Quin baru tahu rencana liburan ini kemarin siang sewaktu ibundanya menelepon.

"Assalamualaikum anak ibu yang cantik, piye kabare?" Sapa ibunda.

"Alhamdulillah baik ibu, tumben telepon ibu? What happen ae naon atuch?? Quin masih di kampus nunggu mata kuliah berikutnya! Ada berita apa nich?? Kayaknya baru 2 hari lalu aku telepon biasa aja dan gak ada berita baru pun, koq sekarang ibu tiba-tiba hubungin Quin, kan jadwalnya Quin absen kan baru besok??" Jawab Quin nerocos tiada henti karena keheranan ibunya menghubungi tiba-tiba.

"Yaelah..... bapak e.... iki loh anakmu....!! Masak toh yo ibu e nelepon ... jare tumben ih!!lagian masak kalau ibu kangen musti nunggu jadwal!! Kayak opo wae toh nduk ayu iki!!" Teriak ibu ke ayah Quin yang ada disebelahnya.

"Hahaha......" terdengar suara cekikikan sang ayah dari ponsel Quin. Yang memang ibunda Quin selalu me-loud speaker kalau lagi telepon sama Quin.

"Ealah ... kepriben toh bapak, malah ketawa" sahut ibu sambil mencolek pundak sang ayah.

"Yo ga salah cah ayu ta, ibu emang gak pernah telepon Quin dulu kalau gak ada maunya, bener kan Quin??" Celetuk ayah pada ibu.

"Iya, tuch bener. Emang bapak paling the best dech, makasih pak, udah belain Quin!!" Sahut Quin bahagia.

"Wes..wes....sampun ...gak debat lagi. Cah ayu, besok berangkat jam berapa darisana?" Sela ibu martiyem yang merasa disalahkan ayah dan Quin.

"Emang berangkat kemana ibu? Kalau ke kampus hari jumat...hmmm...pagi jam 8 an trus sorenya jam 4 an paling juga berangkat kerja. Ada apa koq tanya jadwal Quin?? Wuihh.... Ibu kangen yach pingin ketemu Quin?? Asyik.....ibu mau datang, jangan lupa buatin kue lentari buatan ibu yach...hehehe!!" Ucapnya kegirangan.

"Lho..lho...koq gitu?? Sapa yang mau jenguk kamu ke Surabaya?? Kamulah besok pulang kemari sama nak Artha!! Kan katanya mau liburan bareng keluarga besar disini. Wes ibu tutup yo telepon e, baterai ne wes ting tung ting tung....eh maksud ibu, baterainya habis cah ayu. Assalamuaikum."sahut ibunda.

"Lho....ibu?? Apa maksudnya?? Artha?? ....lho..koq diputus!! ... hadewww..."sahut Quin penuh kebingungan.

Berkali-kali gadis manis itu mencoba menghubungi ibunda tercinta namun yang terdengar hanya suara operator sok manis "MAAF, nomer yang anda tuju sedang ngambek atau diluar planet bumi....(eitz.....sedang tidak aktif atau diluar service area maksudnya....hehehe)."

Waiting next chapter yach....
Thanks udah mau baca.......

~~~~~~~

#onedayonepost late post for 23 mei 2016
#ODOP
#CERBUNG

Kamis, 26 Mei 2016

Indahnya Pelangi di Metropolis ~ part. 19

Suara deru mesin dari laju sang tunggangan besi mewarnai perjalanan balik dari bondowoso ke Surabaya.

Sepanjang perjalanan Quinsha masih marah dan terdiam tanpa kata. Berkali-kali Artha melontarkan pertanyaan, tak ada reaksi dari sang putri es. Setelah berjalan 20 menit, tiba-tiba di perbatasan kota bondowoso mereka terjebak kemacetan panjang yang disebabkan ada truk yang mengguling di tengah jalan.

Hampir satu jam melewati kemacetan yang mengular, masih belum mampu mencairkan kebekuan Quinsha yang sedari tadi diam mematung.

Artha yang semakin lelah dengan kondisi jalan yang super merambat dan belum juga sampai di ujung kemacetan, ditambah lagi kesunyian dalam mobil yang tak kunjung terpecahkan .
Namun kesunyian itu pun tiba-tiba terpecahkan oleh suara aneh yang ditimbulkan Artha.

"Kruk...kruk...kruuuuukkkk." Cacing di dalam perut Artha mulai berteriak-teriak minta asupan nutrisi.

"Saa..yaang....laper nich!! Udah pada demo cacingnya!! Suapin dong??" Pinta Artha yang bercanda namun penuh manja.

"Nich, makan sendiri!!" Sahutnya ketus sambil menyodorkan sekotak nasi plus tumis tahu tempe dan sepotong ayam goreng yang tertata rapi dalam tupperware.

"Aduh, tega nian  adinda! Kakanda kan lagi fokus menyetir nih tangannya." Balas artha sambil menunjuk ke arah setir mobil.

Meski sedikit kesal atas permintaan sang pangeran cakep, disuapin juga artha.

"Aduh..... kalau nyuapin yang mesra dong!! Biar kayak pasangan suami beneran gitu. Wuidiiihhh....so sweet." Goda Artha sambil senyum-senyum tidak jelas.

"Hadeww.....please dech!! Nanti kalau liat rumah sakit apalagi rumah sakit jiwa, jangan lupa mampir dulu. Aku mau periksakan tuh kepala kamu yang dari kemarin otaknya geser melulu. Mungkin kamu kemarin lusa waktu turun dari bandara terpeleset dan gegar otak kale??" Sahut Quin dengan nada bercanda namun ketus.

Selama perjalanan pulang, suasana mobil berasa horor. Bukan karena sepi melainkan horor karena penuh candaan diantara keduanya yang saling mengejek ataupun celetukan ketus dan pedas. Namun memang dari awal perkenalan mereka, justru itulah yang mewarnai kisah asmara keduanya.

Meski sampai detik ini Quinsha masih belum menerima sang pangeran sebagai kekasihnya.
Dan akhirnya sekitar habis asyar. Quin sampai di kampus dan menyuruh Artha pulang. 

Namun karena mata kuliahnya hanya 1, dia memilih untuk menunggu dan mengantarnya ke tempat kerja Quinsha.

Perhatian yang sebegitu besar dari Artha, apakah belum mampu menghancurkan karang hati seorang Quinsha??

Apa ada perubahan sikap dari Quin??

Tunggu lanjutannya di chapter berikutnya yach!!

Makasih sudah bersedia membaca dan comment.

~~~~~~ bersambung ~~~~~~

#onedayonepost post for 26 mei 2016
#ODOP
#cerbung

Indahnya Pelangi di Metropolis ~ part.18

Hingga tanpa disadari, sang ayam jago dan kicauan burung pipit mulai membuai mereka dalam kesegaran datangnya sang mentari pagi.

Berbagai aktivitas pun dimulai di senin yang cerah nan ceria. Quin pun bersiap untuk kembali ke Surabaya, padahal Artha masih terbaring di ruang tamu. Saat hendak pamit, berangkat untuk ke Surabaya dengan niat naik bis pertama. Malah omelan dari sang ibunda yang diterimanya.

"Lho...koq Artha tidak dibangunkan, apa kalian gak pulang bareng??" Tanya ibunda penuh keheranan.

"Tidak bu. Quin naik bis umum saja." Jawabnya singkat.

"Lho...kepriben toh, cah ayu. Lha wong sama-sama tujuannya ke Surabaya? Ada mobilnya nak Artha juga. Kenapa gak bareng saja?? Lagian kan, nak artha gak paham wilayah sini, nanti kalau tersesat, yo kasian toh....nduk ayu!" Balas sang ibu sambil menghampiri Artha untuk membangunkannya.

"Cah bagus, bangun gih. Sudah pagi ini, itu lho, Quin mau berangkat sendiri pakai bis umum." Ucap bu mariyem dengan sedikit keras.

"Ehmmmm.....ugghhh.... Ehh... ibu!! Tidur disini enak yach udaranya. Sampai-sampai kesiangan aku bangunnya!!" Sahut Artha sambil menggeliat.

"Oh, iya. Sayangku Quin. Kita pulang bareng saja. Bentar lagi berangkat deh!!"sahutnya sambil mulai duduk untuk mengumpulkan nyawa yang masih tercecer.

"Ogah ah.... ntar kamu reseh!! Lagian ini sudah jam berapa? Kamu saja belum mandi dan sarapan, terus mau berangkat kapan? Ntar malah kemalaman dan aku telat masuk kuliah!" Sahut Quin sedikit kesal sambil liatin jam tangan berwarna keemasan dengan hiasan permata imitasi di sekitar bingkainya yang makin menambah anggun dan feminim.

"Okay ... I'm get up right now, tunggu sebentar aku mau mandi yach!" Sambil berdiri dengan keliyengan dan masuk ke kamar.

"Lho...lho....cah bagus....itu...itu... koq....malah masuk kamar tidurnya Quin sich??" Teriak ibunda sambil narik-narik tangan Quin, yang lagi sibuk mainan gadgetnya.

"Woi...woi....tuh yang ada dalam kamarku, buruan keluar.... kamar mandinya di belakang tau!! Makanya, buka mata dulu baru bangun tidur...hadeww!!" Teriak Quin sambil ketawa cekikikan.

Tak lama kemudian, Artha keluar dari kamar Quin sambil cengar cengir dan tersipu malu. Dan menuju kamar mandi yang ditunjukkan sang calon mertua.

5 menit kemudian, dia telah tampil fresh dan gagah layaknya pangeran yang siap bertualang.

"Saya pamit pulang yach ibu mertua, tolong sampaikan salam ke bapak mertua sekalian. Come on baby, lets go!!" Ucapnya sambil mencium tangan ibu mertua dan kemudian mencolek pujaan hatinya pertanda siap berangkat.

"Lho, cah bagus nggak sarapan dulu? Iya nanti ibu sampaikan, bapakmu sudah tadi pagi berangkat ke sawah." Jawab ibunda sambil menunjuk ke meja yang penuh makanan.

"Oh, tidak apa-apa ibu. Nanti aja di jalan, abisnya tuan putri sudah pasang wajah cemberut takut terlambat." Jawabnya sambil liatin sang pujaan yang masih sedikit kesal atas tingkahnya.

"Okay, tunggu sebentar." Pinta ibu mertua sambil menyiapkan bekal buat sarapan Artha di mobil nanti.

"Nduk ayu, ini bekal kamu sama buat sarapan nak Artha di jalan nanti. Kasihan dari kemarin malam dia belum makan apapun." Ucap sang ibunda pada putri sulung kesayangannya.

"Iya...sayang. nanti aku disuapin yach. Lapar nich kakandamu tercinta." Rayu sang pangeran kesiangan itu. Sambil berlalu menuju mobil.

"Quinsha pamit yach ibu. Nanti kalau sudah sampai, aku telepon koq. Ibu sama Ayah baik-baik disini yach." Pamitnya sambil memeluk ibunya tercinta.

Mereka pun pulang bersama menuju Surabaya.

Apakah hati Quin sudah meleleh dan menerima Artha menjadi kekasihnya?
Waiting next chapter yach...
Thanks udah bersedia baca dan comment.

~~~~ bersambung ~~~~
#onedayonepost late post for 20 mei 2016
#ODOP
#cerbung

Indahnya Pelangi di Metropolis ~ part.17

Setelah mengutarakan tujuannya datang ke desa kecil di Bondowoso itu, Artha pun terdiam menanti reaksi dari Ayah dan ibunda Quinsha.

"Hmmm...kalau begitu baguslah. Kami, orang tua Quin sangat bahagia bila ada lelaki yang memang mencintai Quin dengan tulus, menyayanginya meski sifatnya tidak jarang sangat manja, egois dan terkadang sedikit childist. Kamu jangan khawatir nak Artha, kami akan mebujuknya dan memberi pemahaman pada putri kami. Kamu yang sabar yach!!"

"Oh begitu. Artha ucapkan terima kasih atas kesediaan bapak dan ibu dan merestui hubungan kita." Sahut Artha lega.

Ekspresi seluruh keluarga besar Quin dan Artha berubah menjadi penuh keceriaan, namun bukan ekspresi Quin yang bagaikan kertas lecek yang jatuh dalam air kobokan...hehehe.

Setelah pembicaraan tersebut, mereka pun bercanda ringan hingga tibalah waktu prosesi temu manten (adat jawa untuk prosesi dipertemukannya mempelai Pria dan mempelai wanita dan melakukan beberapa ritual).

 Dan dilanjutkan dengan acara ramah tamah serta menunggu tamu yang datang silih berganti hingga pukul 20.30wib. Setelah beres-beres, akhirnya Quin dan keluarganya pamit pulang le rumahnya diikuti pula oleh Artha. Akhirnya setiba di rumahnya, Quin berusaha menyuruh Artha pulang.

"Sudah malam, buruan kamu pulang gih !!" Bentak Quin pada pangeran cakepnya.

"Yaa Ampun, ini kan sudah larut malam sayang, masak tega mengusirku jam segini. Lagian kan, aku masih capek habis bantuin acara nikahan tadi. Gak berani nyetirlah!! Ntar kalau ada apa-apa di jalan bagaimana??" Rengek Artha biar diijinkan menginap semalaman.

"Hadeww.....kamu kan kaya!! Cari hotel atau penginapan aja!! Paling 3 km dari sini, sudah ada koq, beberapa tempat yang cocok buat kamu!!" Jawab gadis manis itu dengan sinisnya. Namun tiba-tiba terdengar suara dari dalam rumah.

"Nak Artha, kemari, masuklah. Di luar dingin, ini ibu buatin sedikit wedang jahe buat kamu, biar kamu tidak sakit dan bisa melanjutkan perjalanan besok pagi dengan baik." Suara ibu mariyem dengan lembut. Yang terdengar bagaikan angin syurga yang berhembus bagi Artha.

"Iya, ibu" sambil nyelonong masuk melewati Quin yang dari tadi ngomel di depan pintu, sambil menjulurkan lidah pertanda mengejek Quin.

"Permisi ibu, saya minum yach!!" Ujarnya minta ijin ke ibunda.

"Ya sudah, nak artha malam ini tidur di ruang tamu saja tidak apa-apa kan?? Maklum gubuk kami kecil, jadi tidak punya kamar tidur lebih." Sahut ayah quin dari dalam kamarnya.

"Tidak apa-apa, pak. Terima kasih banyak malahan, saya diijinkan bermalam." Sahut Artha kegirangan.

"Cah ayu, buruan masuk, ntar masuk angin loh!! Sekalian, tolong siapin bantal ama guling serta selimut buat pacar kamu yach!!" Pinta ibundanya pada Quin.

"Inggih, bu!" Jawabnya singkat dan sedikit enggan.

"Hadewww...seenaknya saja datang tanpa pemberitahuan. Terus bilang ke bapak ibu pula kalo berniat meminang aku. 

Hmmmm....bener-bener ngajak perang dunia ke-3 nich orang. Liat aja kalau sudah di Surabaya!!" Gumam Quin sambil masuk dan mengambil beberapa perlengkapan untuk Artha.

"Ini, moga kamu kamu gak bisa tidur dan gak bisa mimpi indah. See ya." Tukas Quin singkat dan ketus.

Quin meninggalkan Artha sendirian di ruang tamu dan segera masuk ke kamar. Sedangkan seluruh keluarga Quin sudah terlebih dulu terlelap dalam kamarnya masing-masing, mungkin karena terlalu lelah dengan aktivitas seharian tadi.

"Sayang.... makasih yach!! Have a nice dream!! Love U, honey !!" Sahut Artha saat melihat Quin masuk kamarnya. Meski tahu bahwa takkan ada sepatah kata jawaban yang terucap dari Quin selain sedikit suara pintu kamar yang sedikit dibanting.

Malam itu pun berlalu dengan sangat indahnya, Artha dan seluruh penghuni gubuk mungil itu terlelap dengan buaian mimpi manis sang dewi mimpi.

~~~~ bersambung ~~~~~

#onedayonepost late post for 17 mei 2016
#ODOP
#cerbung

Indahnya Pelangi di Metropolis ~ part.16 new

"Semuanya, perkenalkan ini Artha Pandu Pranata. Salah satu temen Quin di perantauan."ucap gadis udik ini singkat pada keluarganya. Dan sambutan ramah pun datang dari seluruh kerabatnya.

Kemudian seorang Bapak, menyalamiku dan mengajakku ke meja makan untuk menikmati hidangan siang itu. Dan pilihanku jatuh pada sepiring nasi putih plus 5 tusuk sate kambing beserta gulainya yang dari tadi menggoda indra penciumanku yang makin membuat cacing di perut ini kegirangan menanti datangnya asupan kuah lezat penuh lemak tersebut.

Setelah berbincang beberapa lama, aku ketahui bahwa beliau adalah ayah dari kekasih pujaanku. Akhirnya setelah bersibaku dengan gulai dan sate yang sangat nikmat, aku tutup dengan semangkuk es buah yang merona dengan warna pink muda menggoda selera dan melepaskan sejuta dahaga yang mencekik di tenggorokan karena hampir beberapa jam menempuh perjalanan seorang diri.

Setelah finish, akhirnya aku meminta ijin untuk berbicara serius dengan ayah dan ibu Quinsha, mengenai alasan kedatangannya. 

Setelah memanggil sang ibunda, akhirnya duduklah di salah satu sudut meja di teras yang terlindungi dengan tenda dalam sebuah prosesi acara. Pak Hayat, Bu mariyem sang ibunda, Bu lely bulek sekaligus tuan rumah serta Quinsha dan Artha duduk disana dengan serius.

"Permisi Pak,bu! Nama saya Artha Pandu Pranata, asal kota Malang dan bekerja di salah satu perusahaan finance di Surabaya. Saya sudah mengenal putri anda sekitar 1 tahun lalu. Kami sudah saling kenal satu sama lain. 

Maksud kedatangan saya kemari, ingin meminta restu dari...... Aaduuuuhh....(reaksi spontan Artha saat Quin menginjak kakinya atas ucapan yang belum terselesaikan)" ucap Artha penuh sopan santun, meski sedikit terpatahkan gara-gara ulah Quin.

"Kenapa, nak Artha ? Koq sepertinya kesakitan?" Sahut ayah Quin singkat.

"Hmmm.... tidak apa-apa pak Hayat, hanya saja Quin lagi kenalan sama sepatuku. Mungkin high heels baru yach?" Ucap Artha ringan sambil melihat ke arah Quin.

Quin hanya mampu terdiam saat ayah,ibu dan bulek nya melototinya, karena paham penyebab kesakitan Artha barusan adalah dirinya.

"Apa kamu suka dan cinta sama putriku Nak Artha?" Tanya sang ayah tegas.

"Iya bapak. Saya suka dan cinta sama Quinsha. Berkali-kali aku utarakan perasaanku padanya, meski gak jarang awalnya dia menolak. Dan akhirnya dia akan menjawab iya." Jawab Artha dengan nada sangat teduh.
Apakah ayah dan ibunda Quin akan menerima Artha?

Tunggu next chapter yaa...
Thanks....

~~~~ bersambung ~~~~
#onedayonepost late post for 16 mei 2016
#ODOP
#cerbung

Indahnya Pelangi di Metropolis ~ part.15

Terik matahari makin menusuk kulit Artha, ditambah dengan keresahannya melihat sang kekasih yang telah bergaun cantik bak ratu pesta.

Acara pernikahan sudah tampak dalam pandangan, pikiran pun tak karuan, atas ketakutan atas pupusnya harapan Artha untuk memperoleh cinta sang pujaan.

"Quinsha...aku serius nich!!" Bentak Artha dengan ekspresi ketakutan yang teramat lebay.

"Apakah kamu sudah menikah?? Apa kamu sudah melakukan prosesi sakral tersebut?? Apa Artha sudah tak dapat memperoleh gadis pujaannya?" Tanya Artha dengan buliran bening mulai mengalir dari pelupuk matanya.

"Yaelah, aku masih single koq, belum jadi istri orang. Biasa aja kalee, ekspresinya. Udah pucat tuch muka kamu" jawab Quin singkat.

"Jadi, mana orang tua dan calon suami kamu?? Ijinkan aku bicara dengan mereka terlebih dahulu." Ucap Artha sambil sedikit bernafas lega.

"Kalau ayah ama ibu ada, tapi kalau calon suami. Nanti saja kalau Quin sudah ketemu kelak yach, aku kenalin" jawab Quin dengan senyum.

"Lho...katanya kamu mau nikah hari ini? Emang ini acara nikahannya siapa??" Tanya Artha dengan sedikit kebingungan.

"Hahahaha. ....... sepertinya Artha salah paham, ini nikahannya sepupu aku, putri dari adiknya ayah." Jawab Quin sambil tertawa lepas.

"Aduh.... sayang!! Kamu nyaris buat aku jantungan hingga terbelesit dalam benakku untuk mengakhiri hidupku jika kamu menikah dengan orang lain." Jawab Artha dengan sedikit sendu.

" Cei...lee.... Segitu kangennya yach sama aku? Sampai belum dikasih ucapan salam, sudah diberondong dengan pertanyaan sebanyak itu!" Sahut Quin untuk mencairkan kesedihan Artha.

"Lagian, kamu mau makan enak plus gratis, koq gak ajak-ajak aku. Tau gitu kan kemarin aku bisa antar daripada kamu naik bis umum. Udah, aku laper nich!" Jawab Artha berlagak tenang bahkan penuh manja pada sang pujaan. Meski dalam benaknya sebenarnya dia sangat resah.

" Busheeett dah......cuantikk amat yach gadis udik ini kalau mau memoles wajah manisnya. Apalagi busana hijab yang sangat anggun itu, bener-bener seperti Putri Hijab Indonesia, eitz ...tidak ....lebih dari itu.... dia layaknya putri raja dari negeri khayangan.... oh..... Quinsha...You are so beautiful.... You make me really fallin in Love....." bisiknya dalam hati yang memuji penampilan kekasih pujaan, sambil memegang dadanya yang terasa sesak dan menenangkan detak jantung yang mulai tidak beraturan.

"Hey, katanya laper. Buruan sini. Kenapa masih bengong saja?" Teriak Quin yang tanpa disadari Artha sudah jalan jauh didepan.

Artha pun bergegas menyusul sang dewi. Dan bersama sang dewi mulai memasuki teras rumah yang penuh dengan keluarga besar Quin yang menatap penuh tanya ke arah keduanya.

Apa yang akan terjadi ?
Apa tanggapan keluarga besar Quin, atas kehadiran pria asing tersebut?
Apa yang akan dilakukan Artha di acara tersebut?

~~~~ bersambung ~~~~

#onedayonepost late post for 13 mei 2016
#ODOP
#Cerbung


Indahnya Pelangi di Metropolis ~ part.14

Prosesi pernikahan adalah sebuah momen sakral. Kebahagiaan dan rona keceriaan bergulir pada setiap raut wajah tiap insan didalamnya.

Namun hal itu tak berlaku bagi Quin semenjak mendapatkan telepon yang mengusiknya setelah akad nikah.

Bagaikan tersambar petir di siang yang cerah namun sedikit panas karena teriknya sang surya yang sedang angkuh menyorotkan sinarnya.

Saat Artha terlihat muncul dari kejauhan menggunakan CRV putih dan didepannya ada motor matic milik adik sepupunya yang disuruh menjemput Artha yang sebelumnya tersesat di depan kantor balai desa.

Dan setelah melalui sekitar 1 km an dari kantor desa, mereka sampai ditujuan. Quin pun bergegas menghampiri Artha yang masih berusaha memarkir kendaraannya.

"Kenapa kamu kemari? Apa kamu gila? Kamu pikir deket apa kampung halamanku? Dasar!! Kurang kerjaan banget!!" Omel Quin pada pria berkemeja ungu tua yang terlihat sangat elegant saat baru saja keluar dari tunggangan besinya.

"Quin, katakan padaku.... akad nikahnya belum dimulai kan?? Aku belum terlambat kan?? Maafkan aku Quin, 1 minggu ini aku dikirim pelatihan di Singapura, karena buru-buru jadi aku tidak sempat mengabari kamu. Sewaktu disana aku ingin menghubungi kamu tapi hpku yang ada nomer kamu tertinggal. 

Jadi kemarin malam waktu aku baru mendarat di Indonesia, langsung meluncur ke tempat kerja kamu, namun bos kamu bilang, kamu mudik beberapa hari untuk pernikahan kamu!! Sakit tahu, dengarnya!! Aku menelepon kamu semalaman, tapi hp kamu tidak aktif. Aku mau berangkat tapi kondisiku tidak memungkinkan, makanya aku baru berangkat tadi pagi. Please .... Quinsha....jawab aku .....kamu belum menjadi istri orang kan??" Ucap Artha tanpa henti sambil memegang kedua lengan Quin.

"Hah?? Apaan sich kamu ini?? Obat kamu sudah habis yach?? Atau sewaktu ke Singapura kamu tertular virus flu burung atau apalah??" Jawab Quin keheranan sambil memegang dahi Artha.

"Quinsha...aku serius nich!!" Bentak Artha dengan ekspresi ketakutan yang teramat lebay.

~~~~ bersambung ~~~~
#onedayonepost late post for 10 mei 2016
#ODOP
#cerbung

Rabu, 25 Mei 2016

Indahnya Pelangi di Metropolis ~ part.13 new

Terik panas matahari mulai menusuk kulit, angin pun ogah berhembus. Di hari pernikahan yang penuh kebahagiaan, di waktu  istirahat melepas sedikit kelelahan atas segala aktivitas akad nikah yang melelahkan.

Dan disaat waktu bersantai bersama keluarga besar Quinsha yang sedang berkumpul untuk menunggu prosesi lanjutan yang akan dilaksanakan pukul 16.00wib. 

Tiba-tiba, gadis anggun itu dikejutkan oleh suara telepon berdering dari hpnya. Dilihatnya gadget itu namun ada sedikit keheranan, karena nomor tak dikenal yang berusaha meneleponnya.

"Halo, assalamualaikum. Ini Quinsha, sapa nich?" Jawabnya singkat dan jelas.

"Oh iya, waalaikumsalam. Kamu dimana? Dari tadi kemana aja, koq teleponku tidak diangkat? Kamu jangan nikah yach!! Please....i love u!! Tunggu penjelasanku....!! Jangan akad nikah dulu yach!! By the way, aku bingung nich? Sepertinya aku tersesat dech? Bantuin aku yach?" Ucap seseorang yang menggerutu dari ujung telepon.

"Iya-iya, tapi ini siapa yach? Telepon main nerocos aja, tanpa sebut nama atau apa? Emangnya kamu artis apa? Nomernya asing nih, jadi aku gak kenal kamu." Jawab Quin sedikit kesal, selain itu karena dia merasa sangat tidak asing dengan suara ini orang tapi kenapa bukan nomor Artha melainkan nomer asing.

"Ini aku sayang, Artha, masak sudah lupa. Baru seminggu doang gak ditemuin, aku sudah dilupakan.....hadeww." jawab Artha singkat.

"Oh, kamu. Ada apa koq telepon. Aku masih ada acara keluarga, emangnya kamu tersesat dimana? Hahaha....syukurin, akhirnya tersesat juga loe. Lagian berapa tahun sich hidup di Surabaya? Masih nyasar aja! Malu-maluin tau!" Jawab gadis manis ini dengan nada sedikit kesal.

"Yaelahhh.....sapa juga yang tersesat di Surabaya, aku ada di Bondowoso nich di kampung halaman kamu. Rumah kamu sebelah mananya kantor desa? Whats?? Kamu sudah ada di acara pernikahannya" Jawab pangeran cakep sedikit ketus.

"Whats?? Kamu ada di desaku? Sekarang? Apa aku sedang mimpi? Udah dech bercandanya, gak lucu tau!! Buruan tidur sana gih, lanjutin Bobo siangnya mumpung weekend. Udah yach aku sibuk nich. Bye" jawab Quin ketus sambil langsung mematikan telepon.

"Wait, Quin....! tut..tut...tut(terdengar nada sambungan telepon terputus). Yaaeelahh, koq ditutup sich. Dasar cewek keras kepala!" Omel pria yang masih berdiri di sebelah mobil CRV putih yang parkir tepat di depan kantor Balai desa.

Artha berusaha menelepon lagi, kali ini menggunakan nomer hp pribadinya, namun kali ini dengan nada serius. "Halo, Quin. Aku serius, ada di depan kantor desamu. Tolong tunjukkan arah ke rumah kamu, please....aku capek nich daritadi nyetir dari Surabaya. Makasih sayang."

"Beneran berarti, okay kamu pakai mobil kamu biasanya itu kah ? Bentar lagi aku minta tolong abang sepupuku menjemputmu. 

Tunggu yach, jangan kemana-mana!!" Jawab Quin dengan sedikit shock dan panik.
"Okay, sayang. Lagian mau pergi kemana? Lha aku gak paham daerah sini pun!!" Sahut Artha singkat sambil menutup telepon.

Tak selang berapa lama sekitar 5 menit, datanglah seorang berkemeja batik membawa motor matic hijau dengan sedikit modifikasi nyentrik di bagian bodinya. Pria payuh baya itu datang dan menghampirinya.

"Permisi, mas Artha yach?" Tanya pria jangkung itu.

"Iya, saya Artha. Kekasih Quin dari Surabaya." jawab artha singkat, sambil menyalaminya.

"Saya sepupunya mbak Quin, Joko. Walah, ganteng tenan!! Monggo ikutin saya ke rumah buleknya mbak Quin, lagi ada acara nikahan." Sahut joko sambil menuju sepedanya.

Dan setelah melalui sekitar 1 km an dari kantor desa, mereka sampai ditujuan. Quin pun bergegas menghampiri Artha yang masih berusaha memarkir kendaraannya.

Apa yang akan terjadi atas kehadirannya di acara tersebut??
Apa tujuan Artha datang ke kampung halaman Quinsha??
Apa akan ada Quin akan merubah keputusannya setelah ini??

Tunggu kelanjutannya di next chapter....

~~~~~~ bersambung~~~~~

#onedayonepost for 05 mei 2016
#ODOP
#cerbung

Indahnya Pelangi di Metropolis ~ part.12

Dalam bingkai kesejukan udara pagi yang berhembus melalui gubuk mungil sang gadis desa yang masih terbaring dalam buaian sang dewa mimpi. Namun seiring kicauan burung pipit di salah satu pematang sawah yang terletak di seberang jendela kamar pemilik mata indah yang terpatri indah dalam bingkai wajah cantik jelita seorang Quinsha Nur Hayat.

Lantunan irama sang angin pagi serta suara gemerincing lonceng para penggembala sapi yang melintas, mulai menarik putri manis dari alam bawah sadarnya. Dan dengan senyum manis terpampang di wajah eloknya, dia mulai membuka mata lembutnya dan mulai menyapa sang mentari yang mulai muncul dengan gagah melalui sorot teriknya.

Tanpa buang waktu, Quin pun segera beranjak dari kamarnya untuk mulai membersihkan diri dan mulai membantu sedikit pekerjaan ayah dan ibunya.

Sejak kemarin malam Quin tiba di kampung halamannya, orang tuanya yang meminta secara mendadak 3 hari lalu melalui telepon. Katanya harus segera pulang, ada acara keluarga.

Setelah bersih-bersih rumah dan mempersiapkan sarapan bagi orang tua dan kedua saudarinya. Quin memulai ritual untuk mempercantik dirinya serta membalut dirinya dengan busana pesta, long dress berwarna soft pink berserta hijab pastel muda dilengkapi hiasan kepala bak mahkota sang putri raja.

Hampir 30 menit waktu yang diperlukannya untuk merubah sang gadis udik menjadi ratu pesta, dan saat dia keluar dari kamarnya betapa terkejutnya ibundanya hingga nyaris menjatuhkan nampan untuk seserahan di acara resepsi nanti siang.

"Pak e, pak e..... buruan... kesini o.....iki loh..... cah ayu....anak mbarep (anak sulung) ..... hadewww.......ayuu...tenan iki loh pak !!" Teriak sang ibu dengan ekspresi takjub sekaligus keheranan.

Braakkkkkk......
Suara yang ditimbulkan sang ayah karena melempar kayu yang selesai dipotong untuk bahan bakar tungku di dapur.

"Iya-iya ibu, bapak akan segera kesana." Dengan cekatan ayah Quin berlari dari sisi samping rumah untuk segera menghampiri istrinya dan Quin, karena khawatir terjadi sesuatu terhadap putri sulung kesayangannya.

"Ada apa? Ada yang terluka? Ibu tidak apa-apa? Quin, kamu kenapa? Ada yang sakit atau terluka?" Tanya Pak Hayat panik sambil nafasnya masih tersengal-sengal.

"Hah? Sapa yang terluka bapak? Quin ama ibu baik-baik saja. Tidak ada yang jatuh dan terluka koq!" Sahut Quin sigap untuk menghilangkan kekhawatiran dalam benak sang ayah.

"Lha tadi, ibumu teriak itu ada apa? Koq sampai bikin heboh gitu?" Tanya ayahnya masih penuh kebingungan.

"Quin tidak tahu ayah. Tanya ibu sendiri aja. Lha aku yach baru saja keluar kamar." Sahut gadis anggun itu singkat.

"Hmm...anu ...maaf pak e.... udah buat kaget. Ini loh, lihat en... anak wedok (anak perempuan).. .. jan ....ayu tenan kalo begini." Ujar bu mariyem sambil menghampiri putri kesayangannya.

"Oaalaah ... bu e ....tak pikir ono opo!! Kalo itu mah, gak usah ditanya, sapa dulu bapak e? Mantan jaka desa paling ganteng dewe sak desa!" Jawab ayah quin sambil memukul dada tanda menyombongkan diri.

"Hmmm.... bapakmu mulai kambuh sombongnya. Jangan didengerin yach Quin. Gombal iku.... yang bener tuch. Ibu dulu ini, kembang deso sitirejo iki. Bahkan anak e pak kepala desa aja sampai kesengsem ama ibu, saking wae ibu gak tego sama bapakmu yang mengancam bunuh diri nyebur nang jurang di seberang desa iku" sahut ibunda quin tanda tak terima dengan ucapan suaminya.

"Sudah ah, apaan sih bapak ama ibu ini, malah berdebat. Gak peduli sapa yang paling ganteng atau cantik dulunya. Yang jelas dan yang perlu Quin tahu bahwa bapak ama ibu ini saling mencintai sampai akhir hayat." Jawab Quin sambil menarik dan memeluk kedua orang tuanya.

"Bapak, buruan mandi dan ganti baju, ini kan udah hampir siang dan mendekati acara prosesi akad nikahanya. Ntar diomeli pak mudin ama calon mempelai lho kalau terlambat, nanti kalau gagal nikah gimana, bapak ama ibu mau tanggung jawab." Lanjutnya.

"Okay Quin, kamu berangkat dulu sama adik-adikmu sekalian bawa nampan-nampan seserahan yang sudah ibu siapkan di atas meja makan." Perintah ibunda pada putri-putrinya.

"Inggih ibu!" Jawab trio angel bersamaan (Quin dan kedua adiknya Netty dan Bilqis).
Prosesi pernikahan dimulai tepat pukul 10.00wib dan selesai pukul 12.00wib.

~~~~~~~bersambung~~~~~~

#onedayonepost late post for 04 mei 2016
#ODOP
#cerbung

Senin, 23 Mei 2016

Indahnya Pelangi di Metropolis ~ Part.11

Detik berdetak seiring menit berganti hari dan perputaran waktu membawa pada perputaran laju kehidupan tiap insan yang menapaki jejak-jejak langkah untuk mengukir cerita penuh makna.

Kehampaan mulai merasuki jiwa-jiwa kosong dalam mahrab cinta. Kedukaan akan menyelimuti hati yang terbuang dari sang pujaan hati. Menatap kosongnya angan atas runtuhnya keindahan mimpi atas sebuah mahligai cinta kasih.

Namun tak seperti orang pada umumnya, Artha setelah ditolak bukan malah terpuruk dan patah hati. Justru semakin bersemangat dan makin gencar mengejar sang pujaan hati. Hingga dia mengucapkan sumpah, bahwa dia mampu menaklukkan hati Quinsha.

Semakin berjalannya waktu Quin sudah mulai pulih dari luka di kepalanya, hingga dia sanggup melakukan segalanya sendiri. Namun tak jarang pangeran pengejar cintanya tak pernah menghentikan segala bentuk perhatian yang diberikan selama dia masih sakit. Hingga Quin merasa risih dan berusaha mengatakan pada Artha.

"Artha, sekarang kan masih jam kerja? Kamu tidak kerja kah? Lain kali gak perlu antar makanan ke kampus atau ke tempat kerjaku lagi yach! Quin sudah sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasa. Jadi gak perlu khawatir ama keadaanku yach. And makasih banyak lho atas kebaikannya selama ini. Aku tidak tahu bagaimana membalasnya." Ujar gadis manis itu saat ditemui artha di kampusnya sekitar 6 bulan setelah dia menolak cintanya.

"Kerja? So pastilah, ntar kalau tidak kerja. Bagaimana aku bisa memberi nafkah istriku yang cerewet plus ketus namun manis ini." Sahut sang pangeran tampan penuh senyum manja sambil menyentuh dagu Quin dengan niat mencairkan sedikit kekesalan gadis pujaannya.

"Whats? Istri katamu? Jadi pacar aja ogah! Apalagi istri, hadewww .... capek dech !!". Sahut Quin spontan sambil memalingkan wajah dan sedikit menjauhi Artha yang mulai kambuh penyakit rayuan mautnya.

"Jangan begitu dong sayang, mau aku lamar ke rumah kamu di desakah? Biar kamu luLuh dan bersedia menerima cinta aku. Sudah hampir 20 kali aku ungkapin perasaanku baik dihadapan kamu ataupun di depan khalayak ramai. Mulai di kampus, di depan apartemenku, di tempat kerjamu, di mall, di taman, dan masih belumkah mampu membuatmu percaya bahwa aku benar-benar mencintaimu, wahai sang gadis kenbang desa ??" Tanya Artha dengan penuh ekspresi memohon.

"Sapa juga yang minta kamu mengungkapkan perasaanmu di depan umum dan mempermalukan diri sendiri seperti itu. Kan aku sudah pernah bilang dari awal kamu ungkapin cinta bahwa aku mau fokus dulu sama kuliah dan kerjaan aku .... titik. Masih kurang jelaskah itu menurut kamu ?" Jawab Quin sedikit emosi karena merasa dipersalahkan oleh Artha bahwa dirinya yang membuat Artha berkorban sebanyak itu demi mengejar dirinya.

"Iya-iya, bukan salah kamu koq sayang. Salahku sendiri aja yang terlalu cinta sama kamu. Dan gak mau berpaling lagi dech." Sambil tersipu malu pria tegap itu menanggapi omongan gadis bertubuh mungil itu.

"Hmmmm..... tuch kan. Apa Quin bilang, bukan salahku kan. Salahnya kamu sendiri aja, kenapa pula jatuh hati sama cewek ketus dan gak berperasaan seperti yang kamu bilang dulu. Memang enak apa dikatain gadis udik, gila dan gak berperasaan gitu!!" Ujar gadis ketus ini dengan ekspresi cemberut dan sedikit ada sorot mata dendam didalamnya.

"Ya sudah, pangeran mau lanjut kerja yach. Tuan puteri baik-baik disini !! Jangan tolah-toleh cowok cakep yach !! Okay, See you ntar malam sayang ..... Love U Honey !!" Sambung Artha sambil berlalu meninggalkan pujaan hatinya.

Setelah kepergian pengganggu hidupnya, Quin beranjak dari kursi di salah satu taman di depan gedung fakultasnya. Dan segera masuk ke kelas untuk mengikuti mata kuliah sistem manajemen.

Meski masih tersimpan beberapa tanya pada benak gadis dengan hati es ini.
"Dasar cowok tak tau diri, sudah ditolak berkali-kali pun kenapa masih ngeyel aja. Pakai cara halus sampai super sadis udah aku lakukan, kenapa masih ngejar aja yach. Kagak punya rasa jemu ta? Aku aja yang dikejar sudah jenuh menyahutinya. Tapi jadi penasaran, apa yach yang diincarnya hingga dia segitunya survive sama aku ?? Hmmm....dasar cowok gila !! Sudah aahh, aku musti ke kelas nih, kalau tidak, bisa dapat untaian puisi penuh duri dari dosen killer pak Aryo nanti.... wuidihhh...ogah bangetz!!" Gumam Quin dalam hati selama menuju kelas.

#ODOP
#onedayonepost late post for 06 mei 2016
#cerbung

Minggu, 22 Mei 2016

Indahnya pelangi di metropolis part.10

Kilauan lampu ibukota yang menawan melengkapi romantisme, dalam selimut langit cerah di malam yang bertabur bintang. Pesona sang Purnama yang bersinar terang dengan teduhnya mampu melelehkan jiwa - jiwa yang membeku karena kejemuan akan penatnya kehidupan.

Romantisme alam yang saling memadu kasih dengan alunan irama sang angin malam , yang mulai membisikkan desiran-desiran lembut hingga membuai para muda-mudi yang ada di balaikota Surabaya dalam kenyamanan bersama sang kekasih pujaan.

Namun tak seperti pasangan lainnya, Quin dan Artha yang berada di salah satu sudut taman saling membeku dan terpaku beberapa saat.
Kepanikan, kecemasan makin tampak di wajah pria cakep tersebut. Keringat dingin mulai mengucur perlahan melewati garis wajah tegas sang penakluk hati.

Entah kenapa wanita udik ini cukup membuatnya merasa resah saat berhadapan dengannya. Logika pun seakan melayang  menjauhi sang pemilik hati es.

"Cepat jawab pertanyaanku gadis manis, kediamanmu makin meresahkan jiwa yang tak tenang ini."

" what the hell !! Seberapa susahnya sich bilang iya atau tidak ?? Apa yang kau tunggu Quin ?? Aaargghhh....bisa gila dan mati beku aku disini !! " gerutu Artha sambil tetap berlutut dan menatap sang pujaan hati.

Di lain pihak, Quin yang mendengar ungkapan pria yang baru 1,5 bulan ditemuinya itu hanya terdiam bagai patung liberty. Kokoh berdiri dengan keangkuhan dan pesona yang mampu memukau siapapun yang menatapnya.

Namun keterpakuan ini bukan tanpa sebab, karena pria yang ada dihadapannya itu bukanlah sosok yang diharapkan untuk menjadi kekasihnya. Bukan karena fisik ya, karena Artha adalah pria tampan dengan tampilan kemeja perlente  dan jas ternama, apalagi saat dia keluar dari tunggangan besi CRV berwarna putih keluaran terbaru, benar-benar seperti pangeran berkuda putih dalam dongeng Cinderella.

Meskipun begitu hal ini sepertinya tak ayal langsung membuat Quin terpukau. Gadis ini hanya terdiam tanpa kata karena terkejut atas perubahan drastis sikap Artha.

Bagaimana tidak, orang yang sinis bahkan bisa dibilang sedikit tega memperlakukannya yang kurang sopan bahkan bisa dibilang tidak menganggap dirinya sebagai manusia melainkan seperti pembantu atau budaknya saja.

Tiba-tiba dalam 2 minggu dia memperlakukan dirinya layaknya tuan puteri dalam kisah dongeng, sikapnya penuh kasih sayang dan perhatian. Namun justru inilah menjadi pertanyaan besar dari gadis mungil ini.

"Whats ?? I LOVE U katamu ?? ARTHA?? cinta sama Gadis Udik kayak aku ?? Dunia mau kiamat iki !! Ngajak perang dunia III nich orang." Omelnya pada diri sendiri.

" hmmm...benar-benar sedang mempermainkanku ini orang. Liat saja, yang jelas aku tidak percaya segala muslihatmu." Pikiran quin mulai berkecamuk dan menggumam berbagai hal.

"Wake Up Quinsha, kenapa kamu masih terdiam. Buruan bilang padanya, aku tidak mencintaimu titik. Sudah gitu aja, tak perlu panjang lebar."Ucap Quin pada dirinya sendiri yang sedang diam terpaku.

Tiba-tiba lamunan Quin terpecah oleh suara menggelegar layaknya petir yang menyambar di malam indah ini.

"Quinsha Nur Hayat !! Jawab aku dong....please !! Don't killing me softly like this !! " jantungku deg-deg an seperti mau meledak ini !! " Bentak Artha saat memanggil nama gadis pujaannya namun mulai melembut dengan ekspresi penuh harapan.

" Astaghfirullah !! Busheett dah.... kalau manggil biasa aja kale. Gak perlu teriak kayak tadi , bikin jantung orang copot, TAU !! Ntar kalo copot, emangnya kamu bisa carikan yang baru trus dipasangin sekalian !! " bentak Quin kesal karena terkejut.

"Hmmm...habisnya kamu sih , daritadi bengong melulu. Iya deh, maaf...sorry!!" sahut pria tegap itu dengan senyum ramah untuk meluluhkan kemarahan gadis manisnya.

" Kamu kira apalah ini, hati bisa copot!! Emangnya kayak mainan LEGO yang dibongkar pasang seenaknya .....hadewww!! Ya sudah, ntar kalau beneran copot. Aku ganti deh ama hatiku, biar kamu selalu mengingat dan sayang sama aku gituch!! " tambah Artha penuh rayuan.

"Hmmm...... malah nge-gombal !! Capek dech !!" Jawab gadis itu tegas.
"Lho aku tidak membuai kamu dengan rayuan, ini bukan rayuan gombal melainkan ketulusanku padamu Quin. " bujuk pangeran cakep pada gadis manisnya.

"Hmmm...... Stop.... jangan bicara lagi." Sahut Quin sigap sambil melambaikan tangannya tanda biar Artha diam.

" Okay, aku akan jawab pertanyaanmu sekarang. "
" firstly, Terima kasih atas perhatian Artha padaku selama 2 minggu terakhir."

" secondly, bahkan atas sikap kasarmu kepadaku selama 1 bulan sebelumnya, aku berterima kasih."

" Yang ketiga, tentang pernyataan cintamu. Aku ucapkan terima kasih banyak. Aku terharu mendengarnya."

" next, mohon maaf buangetz....saat ini aku sedang tidak ingin menjalin hubungan serius dengan cowok manapun. Ada target yang musti aku kejar. Aku mau fokus ama kuliah sambil kerja dulu."

"And the last, aku tidak ada feeling lebih kepadamu. Namun bukan berarti kita tidak bisa menjalin pertemanan. Justru aku terharu bila kamu bersedia jadi temanku tapi tidak lebih dari itu." Jawab Quin tegas namun terucap dengan rapi dan santun.

"Hmmm...jadi aku ditolak nich. Baiklah. Tapi ingat aku pantang menyerah lho!! Aku akan buktikan kalau kita dapat bersama. Aku akan buat Quinsha jatuh cinta pada Artha Pandu Pranata. Just remind this word,okay !! " ucap Artha tegas penuh keyakinan meski sedikit terpancar rona kekecewaan dalam raut wajah tegasnya.

" Jadi, masih mau jalan-jalan lagi atau pulang wahai putri salju yang hatinya sebeku kulkas ??" Tambah pria cakep itu untuk mencairkan kebekuan Quin yang masih bengong shock atas reaksi dirinya setelah ditolak.

"Hmmm......pulang aja deh . Kamu beneran baik-baik saja? Maaf yach !!" Sahut Quin dengan ekspresi kekhawatiran pada Artha.

Tanpa menjawab Artha langsung berpaling menuju tempat parkir. Tepat 21.00 wib Artha dan Quin meninggalkan taman dengan berbagai tanya muncul dalam benak keduanya. Namun dengan tetap bungkam atas pertanyaan itu hingga mereka telah tiba di tempat tinggal Quin.

Akankah Quin terluluhkan atas janji Artha ?? Perjuangan apa saja yang akan dilakukan Artha demi mendapatkan perhatian dan cinta Quin ?? Akankah gadis es ini mampu mempertahankan prinsipnya ??

Tunggu kelanjutannya di next chapter yah...
Author mau bocan dulu...
Nguantuk....

#onedayonepost late post for 02 mei 2016
#ODOP
#CERBUNG

Kamis, 19 Mei 2016

Indahnya Pelangi di Metropolis ~ part. 9


Langit telah dipenuhi dengan cahaya senja disertai pesona sang mentari di ufuk barat. Kedamaian pun terasa di benak para insani yang sedang beranjak pulang menuju peraduan terindah yaitu kembali ke rumah untuk menyambut keluarga yang telah menanti insan-insan pengais rejeki.

Meski keindahan sore itu sedikit ternodai dengan suara deru mesin kendaraan yang mulai terdengar sangat berisik diikuti lantunan klakson yang terdengar sepanjang perjalanan pulang Artha dari kantornya. 

Namun tak mengurangi rasa rindu pada gadis pujaannya, serta rasa bahagia karena dia akan menemuinya.

Sudah satu minggu lebih, dia tidak pulang menuju apartemen ternyamannya. Selama 5 hari dia selalu pulang ke rumah sakit tempat Quin dirawat. Sedangkan 3 hari setelah Quin  pulang dari rumah sakit, Artha tak henti-hentinya memberikan perhatian ekstra pada gadis manis tersebut.

Selama di rumah sakit, Artha yang merawatnya, dan Quin memang sengaja tak ingin memberi kabar pada keluarganya di desa agar tidak menimbulkan kepanikan. 

Bahkan saat diijinkan pulang, artha tak henti-hentinya meminta Quin tinggal di kamar tamu apartemennya. Karena Artha tahu, Quin tinggal sendiri di kost-nya. Sehingga takkan ada yang merawat dirinya.

Namun dengan tegas ditolak Quin, akhirnya Artha hanya bisa memberi perhatian sebatas membelikan makanan serta mengingatkan minum obat.

Karena ancaman Artha-lah Quin pun dengan berat hati harus mengijinkan artha datang tiap pagi dan malam untuk mengantar makanan. Dan meski Quin sudah mulai masuk kerja, artha pula yang jadi sopir pribadinya.

Namun perhatian lebay dari artha selama 2 minggu menjadi berubah setelah kejadian di satu malam.

" Quin sebelum pulang mampir sejenak ke taman kota yuk ? " tanya artha saat menjemput Quin pulang kerja.

" hmmm... mau ngapain juga disana, tidak mau ! Quin mau pulang saja, capek dan pening di kepala nih ! " jawab Quin singkat dan ketus.

" Lho .. justru karena kamu lagi pening dan penat itu makanya perlu refreshing, bentar saja koq " bujuk artha supaya gadis pujaannya menyetujui permintaannya.

" Okay sebentar saja disana, kalau terlalu ramai dan buat pening, pulang yach ! "  sahut gadis manis itu sambil mengangguk setuju.

" Siap Princess Quinsha, as u wish, okay....lets meluncur ! " jawab Pangeran cakep yang sangat ceria saat mendengar jawaban putri pujaannya.

Setelah 30 menit melajukan kendaraannya, akhirnya mereka tiba di taman yang cukup indah dan diwarnai kerlap kerlip lampu yang indah terpancar dari air mancur yang bergantian menyembur sehingga tampak seperti sedang berdansa, dan tentunya makin mempercantik taman.

" Eh... ada yang jual cilok, beliin yah! Please... please! " pinta Quin pada Artha.

"Jangan jajan sembarangan, jaga pola makan dulu gih ! " jawabnya atas permintaan aneh gadis manis itu.

"Hmm...pelit ! Tidak asyik nih, pulang aja yuk ! " ujarnya sambil cemberut.

" Hadeww, kalau dibilangin koq malah gitu. Aishh... childist banget. Ya udah, tapi beli jagung manis tabur keju itu saja yah. " jawab artha untuk meredakan kemarahan Quin.

" Yeaahhh.... asyik, cuz buruan, keburu taman air mancurnya dimatikan nanti. " sahut Quin penuh semangat.

Sekitar hampir 15 menit, mereka duduk di salah satu kursi tepat depan air mancur warna warni dan tanpa percakapan apapun. Karena Quin asyik makan sambil menatap keindahan taman. Artha pun tak ingin mengganggu kedamaian yang sedang dinikmati Quin. Dan setelah habis camilannya, baru Quin mulai berbicara.

" Makasih yah, Artha. Ini pemandangan terindah dan membuat hatiku tenang dan damai banget. " ujar Quin lembut, meski itu bukan ciri khasnya yang berbicara ketus.

"Iya, sama-sama. Quin, boleh aku bicara sesuatu, tapi jangan marah yah nanti. " tanya Artha penuh kelembutan.

" Ngomong saja, tidak perlu khawatir. Janji deh tidak akan marah-marah, paling cuman ngambek doang....hehehe. " sambil nyengir Quin menjawab.

Spontan Artha langsung berdiri dan bersimpu di depan Quin yang masih duduk cantik di kursi. Sambil menatap dengan serius dan penuh ketulusan dan kesyahduan.

" Quin, mungkin 1 bulan pertama aku bersikap tidak santun padamu, bahkan bisa dibilang jahat kepadamu. Aku benar-benar minta maaf akan kelakuanku. Aku menyesal atas sikap ketus itu. " lanjutnya menegaskan permintaan maafnya.

" Oalah..... sudahlah, tidak perlu dipikirkan. Anggap saja dimaafkan atas dasar kebaikanmu selama 2 minggu terakhir. Sudah deh, tidak usah pakai acara berlutut gitu, malu tau, dilihatin orang lalu lalang itu. Udah, berdiri gih, geli aku lihatnya. Kayak apaan saja pake, memohon gitu !! " jawab Quin ringan sambil senyum.

" Beneran nih, aku dimaafkan ? Apa Quin yakin ? Quin tidak ngambek lagi sama Artha atas sikapku ? " sahut pria itu dengan bibir tegas namun penuh tanya, karena heran dengan jawaban Quin yang sejujurnya sangat membuatnya bahagia.

" Iya, 100 persen dimaafkan. Tapi kalau masih mempertanyakan hal yang sama lagi, hmmm.... aku tarik yach kata maaf tadi. " ujar Quin yang sedikit kesal karena masih dipertanyakan ketulusannya.

" Eitz...jangan dong. Okay, aku percaya 1000 persen deh. Tapi ada satu hal lagi yang mengganggu sudah 2 minggu ini, namun kalau tidak diutarakan rasanya ingin pecah kepala Artha. " sahut Artha sambil memegang tangan Quin yang hendak beranjak dan meninggalkannya.

" Hah?? Apa itu yang mengusik pikiran kamu hingga berasa pecah itu kepala ?? " tanya Quin sambil kembali duduk untuk mendengarkan Artha.

" Hmmm..... Se...seben.... Sebenarnya... hadewww....  gimana ngomongnya yach !! " jawab pangeran cakep yang bibirnya mulai kelu untuk bicara.

" Udah, bilang saja ! Tidak perlu takut, Quin janji tidak akan marah atau ngambek atas ungkapan Artha kelak. TRUST ME ! I always keep my word. So, don't worry. " sahut Quin yang bingung karena Artha yang berubah jadi cemas  dan takut. Sambil memegang kedua pundak pria yang ada dihadapannya.

" Huft.... A... Aku... hmmm.... Artha mau bilang sebenarnya, Aa... Aku Ja... Ja... hmmm.... Artha sudah jatuh cinta pada Quinsha !! Oh ...shitt, what the hell !! bicara gitu saja sulit banget...." jawab Artha penuh ketakutan namun sekejap berubah jadi marah-marah.

" Hah ?? Are U okay Artha ?? " sahut Quin sambil memegang dahi Artha.

" Jadi apa jawaban kamu ? " tanya Artha sedikit ketus untuk menutupi rasa grogi yang sedari tadi melandanya.

" Hmmmm .....sebaiknya kita pulang aja, sepertinya kamu sedang demam ! Mulai meracau tidak jelas. " jawab Quin untuk meredakan Artha yang makin kalut.

" Quin, please jangan menyiksaku begini. Aku cemas nih menunggu jawaban kamu, bisa gila rasanya, please jawab dulu yach.... baru kita pulang " sahut Artha sambil memohon.

" Hadewww..... kau sebut itu tadi pertanyaan?? Kenapa Quin dengarnya seperti orang lahi marah-marah saja tuch !! Bukan sebuah ungkapan perasaan cinta. Jadi menurut Quin tak ada yang perlu dikatakan. Iya kan?? " jawab Quin dengan nada lembut dan teduh untuk meredakan emosi Artha.

" Tapi, itu tulus dari lubuk hati terdalamku !! Hmmm...iya juga sih, maaf yach Quin, sudah berkata tidak santun barusan. Tapi tolong jawab yach....please..... !! "
Tambah artha untuk membela dirinya yang telah berkata kasar.

" Hmmmm.... gimana yach jawabnya..." Quin menjawab sambil memegang dagu.
Jadi apakah Quin akan menerima atau justru marah-marah atau menolak Artha, tunggu kelanjutannya di chapter berikutnya yach.

~~~~~ bersambung ~~~~~~

#ODOP
#onedayonepost for 19 mei 2016
#cerbung

Rabu, 18 Mei 2016

Indahnya Pelangi di Metropolis ~ part. 8 (still in hospital)



Rembulan telah tenggelam seiring terbitnya sang mentari pagi yang dengan gagah menampakkan sinarnya. Sorot cahaya mulai menelisik masuk diantara kelambu di salah satu ruangan berukuran 3x4 meter tersebut.

Ruang Paviliun Anggrek 2.1.1 adalah saksi bisu munculnya Tunas Cinta dari seorang Artha, disanalah seorang gadis desa yang manis sedang terbaring tak sadarkan diri semalaman. Mungkin karena pengaruh obat anestesi (obat bius) regional yang diberikan pada Quinsha saat menjalani operasi untuk luka dikepalanya.

Sekitar pukul 06.30 wib, akhirnya Quin mulai membuka mata secara perlahan dan melihat sosok pria duduk disampingnya sedang tertidur. Gadis manis ini masih bingung kenapa dia terbaring di ruangan bercat putih dan disebelah kirinya terdapat monitor kecil yang menunjukkan grafik detak jantungnya. Serta masih ada selang oksigen yang terpasang di hidungnya. Bingung, pusing, penasaran dan merasa blank itulah yang dirasakan Quin saat ini.

Dengan tangan yang masih lemah, dieluslah kepala pria yang masih tertunduk bersimpu diatas kasur berbusa itu. Dan beberapa detik kemudian, pangeran bernama Artha itu pun terjaga dari lelapnya.

" Kamu sudah sadar. " hanya itu kalimat yang terurai dari bibir tegas pria itu dengan garis wajah yang masih menampakan sisa kecemasan.

"Aku dimana ?? Kenapa aku disini ?? Kenapa kamu disini ?? " tanya Quin sambil berusaha mengumpulkan nyawa yang masih belum lengkap. Dan berusaha bangkit dari tempatnya berbaring.

" Hust....sudah jangan banyak bicara dulu, istirahat saja. " jawab Artha sambil memegang pundak Quin supaya tenang dan tidak berusaha bangun dari tempat tidur.

" Minum dulu nih...biar segera pulih stamina kamu! " tambahnya sambil menyodorkan sedotan yang terletak dalam gelas berisi air putih.

Sambil meminum air tersebut Quin mulai memejamkan mata untuk mem-flash back apa yang telah terjadi pada dirinya. Dan setelah beberapa menit, Quin mulai mendapatkan kembali semua stamina beserta ingatannya termasuk kejadian saat dirinya terjatuh di kamar mandi.

" Aisshhhh....kenapa kamu ada disini ?? Aihhh...kenapa ini sakit banget yah kepala aku !! Hadeww...ini gara-gara kamu sih, pakai acara suruh ambil handuk di kamar mandi segala. Udah gitu kamar mandinya jorok pake banget. Masak lantai sampai licin gitu? Saking gak pernah dibersihkan, mencelakakan orang tau !! " omel Quin pada Artha sambil tetap memaksa bangun dan berusaha duduk diatas tempat tidur.

"Sudah, marah-marahnya besok aja kalau sudah sembuh dan kepalanya tidak sakit lagi. Terserah deh mau pukulin atau hukum aku seperti apa kelak. Yang penting sekarang proses pemulihan kesehatanmu dulu. Sebentar yach, aku panggilkan dokter dulu, jangan kabur atau beranjak dari ranjang lho ! " ucap pangeran cakep itu syahdu penuh perhatian dan kecemasan. Sambil mulai merebahkan lagi tubuh lemah gadis manis itu.
 
Setelah itu tanpa basa-basi, Artha langsung bergegas untuk mencari perawat dan dokter yang sedang berjaga di ruangannya.

"Mbak perawat, .... tolong.... Pasien Anggrek 2.1.1 barusan siuman. Mohon diperiksa atau apalah !! " pinta pria cakep itu. Dan 1 orang perawat langsung bergegas menuju ruangan diikuti oleh Artha menyusul dibelakangnya dan satu perawat yang lain mencari dokter untuk memastikan kondisi Quin.

Tak lama kemudian, dokter pun tiba dan melakukan beberapa tes seperti detak jantung, denyut nadi, kondisi pupil mata, dll. Serta melontarkan beberapa pertanyaan untuk memastikan ada tidaknya gangguan psikis akibat benturan seperti amnesia, halusinasi atau semacamnya. Namun artha yakin psikis Quin baik-baik saja yang nampak dari gaya bicaranya yang sudah kembali ke sifat asli.

" Bagaimana perasaan kamu sekarang, nona Quinsha ? Mana yang sakit ? Ada keluhan apa saja? " Tanya pak dokter yang tadi malam mengoperasi Quin.

" Pak dokter ini pertanyaannya aneh deh, Ya jelas saya tidak baik-baik saja dong. Orang habis terpeleset dan jatuh, terus kepalanya terbentur tepian bak mandi dan terkena pecahan kaca dari vas bening yang ada diatas rak kaca yang menempel di dinding, yang ikut terjatuh saat Quin berusaha cari pegangan." Jawab Quin dengan gaya ceplas-ceplosnya.

" Sakit banget ?? Ya pastilah pak dokter, apalagi ini kepala !!... hadeeeww...perih perih gimana gituch!! Pusing dan mata berkunang-kunang wajiblah Quin rasakan sekarang, kalau tidak terasa sakit, justru saya malah takut dan bingung, berarti syaraf rasa sakitku sudah putus dong dokter. Gimana sich pak dokter ini...... cakep-cakep tapi aneh. Sama tuh kayak cowok dibelakangnya dokter. " Jawab Quin yang nerocos tak henti-henti.

" Apalagi kondisi batin saya pak dokter...wuihhhh.....pingin ke pantai buat melarung itu pangeran sok kecakepan yang dari tadi pasang wajah sok peduli " tambah Quin sambil menunjuk ke arah Artha.

Sambil tersenyum mendengar celotehan pasiennya, pak dokter berkata " Aduh, sepertinya duo sejoli lagi bertengkar nih sebelum kecelakaan, sudah jangan bertengkar lagi, yang mesra gitu dong nona manis sama pacarnya."

"WHATS?? dua sejoli?? Pacar kata pak dokter?? Hmmm.... yang perlu di cek harusnya pak dokter deh!! Saya tidak kenal sama dia, sekedar tahu nama dan tempaf tinggalnya saja. Lagipula males banget punya pacar sadis seperti dia. " bantah Quin sambil tersenyum kecut.

"Hmmm.... iya-iya, percaya koq kalau dia bukan pacar Quin. Trus, berarti tidak ada keluhan amnesia atau apa gitu? " jawab pak dokter ramah untuk menenangkan Quin yang sedikit emosi.

" Tidak ada, pak dokter yang cakep, sebatas pusing, nyeri di bagian kepala dan perih di pelipis serta memar sekujur badan aja." Jawabnya memperjelas kondisi kesehatannya.

"Okay, bersyukur nona tidak memiliki gejala amnesia dan cidera bagian dalam. Namun untuk memastikan ada tidaknya peradangan di kepala atau semacamnya, kita harus melakukan CT-Scan. Kemungkinan nanti siang setelah lunch break. Dan untuk luka luar, terdapat beberapa jahitan di bagian kepala dan minggu depan baru lepas benang serta pemeriksaan lanjutan. Jika tidak ada gangguan, minggu depan setelah buka jahitan, nona bisa segera pulang. Dan tetap saja kelak masih butuh pemulihan sedikit lama. Jadi jaga kondiasi, jangan terlalu banyak pikiran yah!! Sekarang Quin harus Bed Rest selama 1 minggu" jelas pak dokter cakep penuh detail karena melihat sifat Quin yang tegas dan penuh tanya.

"Ta...taapiii...pak dokter, Quin kan harus kerja?? Tidak bisa dipercepatkah pak ? Sampai besok aja yah dirumah sakitnya ?" sahut Quin berusaha negosiasi sama dokter.

"Sudah pak dokter, jangan hiraukan perkataan teman saya barusan, terima kasih sudah membantu memulihkan kesehatannya. Saya pastikan dia tidak kabur kemana-mana selama satu minggu ini. " sela Artha sambil menjabat tangan pak dokter dan berusaha mengajak beliau keluar ruangan untuk bertanya lebih lanjut mengenai kondisi Quin. Karena Artha tahu kalau masih disana, tidak akan selesai itu debatnya Quin sama pak dokter.

Dan Artha pun mendapat penjelasan lebih detail di luar ruangan itu, mengenai kondisi Quin serta apa saja pantangan dan yang harus dilakukan untuk segera memulihkan kondisinya. Pak dokter pun berpamitan dan berlalu.

Artha pun kembali masuk dan berusaha menjaga Quim beberapa hari disana. Tentu saja dengan memberi kabar melalui telepon ke tempat kerja Quin mengenai kondisinya sekarang.

Namun di lain pihak, timbul banyak tanya dan kecurigaan Quin kepada Artha atas perubahan sikapnya.

"Yang kepalanya terbentur kan Quin, kenapa yang terkena gegar otak dia yach ?? Hmmm.... ada niat tersembunyi Artha?? Kenapa berubah drastis. " gumam Quin dengan nada lirih.

----- bersambung ---

#ODOP
#ONEDAYONEPOST for 18 mei 2016

#cerbung

Minggu, 15 Mei 2016

Indahnya Pelangi di Metropolis ~ part 7


Artha yang asyik menonton TV sambil menikmati kopi capuccino hangat yang tersaji manis dalam cangkir berbentuk bola dengan taburan choco grandule yang makin melengkapi kenikmatan dan suasana di malam itu.

Namun tiba-tiba terdengar suara pecahan kaca yang cukup keras dan mengejutkannya yang berasal dari kamar mandi, dimana Quin baru saja masuk kesana untuk mengambil handuk kotor yang akan dilaundrykan.

" Pyaaarrrr....."
" Apa lagi lah sekarang ulah si gadis udik itu ? Apa yang dia jatuhkan di kamar mandi ? Lihat saja .... pasti aku suruh ganti semua kerugian atas ulahnya !! " Omel Artha sambil berjalan menuju ke asal suara yang mengejutkannya.
Namun , saat dia buka pintu kamar mandi.... betapa terkejutnya dia atas apa yang dilihatnya. Berantakan .... !! mengerikan ..... !! Kacau... !! Hingga membuat Artha cukup panik level dewa.

" Oh My God... Wha...what...what is this !! Hey gadis udik !! Quin....Quin, please ... buka matamu !! Don't make me scare !!" Teriak Artha panik sambil meraih tubuh quin yang terjatuh dan tak sadarkan diri di lantai. Ditaruh tubuh Quin dalam pangkuannya sambil memegang kepala gadis mungul itu.

Namun kepanikannya semakin menggila saat dia menepuk-nepuk pipi Quin agar terbangun, tiba-tiba dia baru menyadari bahwa tangannya telah berlumuran darah yang berasal dari kepala Quin yang terbentur.

"What?? Darah !! Quin bertahanlah, aku akan membawamu ke rumah sakit" ucapnya sambil berdiri dan membopong tubuh Quin dan segera membawanya menuju mobil. Dan tak selang lama sekitar 10 menit akhirnya mereka tiba di rumah sakit swasta terdekat. Dan dengan sigap seluruh petugas medik disana melakukan penanganan medis sesuai prosedur.

Selama menunggu di depan ruang operasi , Artha tak henti-hentinya mencemaskan Quin dan menyalahkan dirinya atas apa yang menimpa Quin. Karena dialah yang nenyuruh Quin ke kamar mandi, dan dia sadar ketidakhatia-hatian Quin dikarenakan kekesalan pada sikapnya yang kurang baik pada Quin.

" Stupid me...stupid me...kenapa juga aku tadi menyuruhnya mengambil cucian di kamar mandi. Kenapa gak kuambil sendiri tadi dan kuserahkan padanya . Hmmm.... Bego, koq dipelihara... !! Sampai terjadi apa-apa sama cewek udik ini, kamu pasti menyesal dan harus menebusnya seumur hidup Artha !! " omelnya pada diri sendiri saat menunggu Quin di ICU.

Setelah menunggu 1.5 jam akhirnya keluarlah salah seorang dokter dari ruangan bernuansa putih itu.

" Permisi, keluarga nona Quinsha ? " tanya Dokter berperawakan gagah layaknya Bima dalam tokoh pewayangan.

Sontak Artha langsung bangkit dan mendekati pak dokter tadi dan langsung memberondong dengan segudang pertanyaan.

" Iya, saya keluarganya... eh...teman maksudnya. Bagaimana keadaan Quinsha ? Apa dia masih hidup ? Apa dia baik-baik saja ? Apa dia amnesia atau gegar otak ? Atau dia terluka parah ? Jawab aku pak dokter ? " tanya Artha panik sambil memegang kedua lengan pak dokter.

Pak dokter sambil tersenyum berkata " tenang anak muda, jangan panik, bernafas dulu gih ! Saya pasti akan menjawabnya, tapi tenangkan diri terlebih dahulu "

" Oopss....maaf pak. Saya panik dan khawatir " jawab Artha sambil menghela nafas panjang untuk menyembunyikan kecemasannya.

" Jadi kekasih anda masih hidup dan baik-baik saja, dia mungkin masih tak sadarkan diri hingga besok pagi karena efek obat bius selama operasi tadi. Mengenai luka di kepalanya, beruntung itu tak meninggalkan luka dalam. Jadi sebatas robek di lapisan luar saja. Mengenai apa ada dampak gegar otak , amnesia atau sejenisnya kita tunggu hasil laboratorium dan menunggu pasien tersadar. Selebihnya kita sudah berusaha semaksimal mungkin. Jadi semoga nona Quin dapat segera pulih. " jawab Pak Dokter dengan tutur bahasa santun hingga menenangkan keluarga pasien.

" Okay, terima kasih banyak pak dokter atas bantuannya. Tapi dia bukan kekasihku, dia adalah orang asing yang sedang delivery order kerumah saya untuk suatu hal namun sedikit kecelakaan menimpanya. " sahut Artha berusaha menjelaskan.

Sambil tersipu menggoda , pak dokter menyahut " Oh gitu, tapi kecemasan kamu mengatakan lain lho. Udah, jangan malu-malu gitu, terlihat koq kalo adik menyimpan perasaan pada nona manis tadi. Moga beruntung yah, saya pamit dulu untuk melanjutkan pekerjaan saya. "

" Ah...ehm...itu.... sudahlah... by the way, sekali lagi terima kasih ya pak, silahkan dilanjutkan pekerjaannya dan maaf mengganggu. " sahut Artha sambil terheran-heran atas perkataan dokter tadi.

Sesaat kemudian Quin dipindahkan ke ruang perawatan dan Artha pun mulai duduk disamping Quin dan memandangi gadis mungil yang masih tak sadarkan diri itu.

" Apa benar aku suka kamu ??
Kenapa juga Pak dokter tadi berkata seperti itu ??
Bahkan aku tak mengenalmu ??
Aku hanya bertemu kamu beberapa menit tiap minggunya ??
Bahkan aku jarang memandang wajahmu karena aku membencimu sejak pertemuan pertama kita yang sangat konyol !!
Bagaimana aku suka jika aku merasa benci kepadamu ?? "

"Wah ... pasti sudah ga sadar pak dokter tadi bilang seperti itu !! Mungkin karena terlalu lelah setelah mengoperasi kamu selama berjam-jam. Yaa sudahlah...tak perlu kamu pikirkan Artha. Sudah berhenti berpikir dan bertanya aneh-aneh seperti ini. " tanya artha pada dirinya sendiri.

"Sudahlah, lebih baik aku tidur saja. Besok masih ada meeting customer yang musti aku lakukan. " omel artha sambil beranjak menuju kursi sofa yang tak jauh dari ranjang Quin.
Direbahkan tubuhnya dalam sofa empuk di ruang rumah sakit yang layaknya kamar hotel itu..

" Huft .... kenapa jantungku dari tadi masih berdegup kencang yach, bukannya dia sudah baik-baik saja! Kenapa masih terasa sesak yach?? " ucap lirih Artha saat menoleh melihat Quin.

" Ada apa denganku? Quin !! apa yang telah kamu lakukan padaku ? Kenapa aku ga berhenti mencemaskanmu hari ini ? " tambahnya sambil menghela nafas cukup berat.

Meski batin dan logika Artha menolak, namun kecemasannya belum hilang juga, hal ini terlihat karena pandangan Artha tak terlepas sekejap pun untuk mengawasi Quin, takutnya dia tersadar dan memerlukan sesuatu.

~~~~~ bersambung ~~~~~~

#ODOP late post for 29 april 2016
#onedayonepost
#cerbung

Sabtu, 14 Mei 2016

Indahnya Pelangi di Metropolis ~ part. 6


Awal pertemuan Quinsha dan Artha sungguh unik. Karena selalu diwarnai dengan pertengkaran. Walau demikian, mau tidak mau, mereka harus tetap bertemu. Hal ini disebabkan oleh adanya kewajiban dari si gadis. Yang musti ke apartemen Artha untuk mengambil cucian.

Dua minggu sekali, jadwal Quisha melakukan delivery laundry dan baginya itu adalah hari tersialnya. Karena harus bertemu dengan laki-laki yang paling ia benci, Artha. Namun tatkala terjadi sebuah insiden di apartenen Artha, segalanya berubah.

Tepatnya 1 bulan setelah awal perjumpaan mereka. Seperti biasa, di hari Rabu tepat pukul 19.30 bel sudah terdengar di apartemennya. 

Dengan langkah malas Artha pun membukakan pintu dan menyuruh Quin masuk. 

"Masuk gih..!! Ambil sediri semua pakaian yang masih tercecer. Anggap itu hukuman untukmu." ketus Arta.

Meski sudah 1 bulan gosip tentang dirinya yang telah terkikis dikarenakan penjelasan Quin atas semua kronologi kejadian yang memicu munculnya gosip tersebut saat delivery Ke Jeng Angel yang ternyata customer tetap Quin. 

"Baik tuan Artha, Quin permisi masuk yach" sahutnya sambil cemberut karena sudah 1 bulan masih diperlakukan sinis seperti itu.
Quin pun mulai memungut baju-baju kotor yang tergeletak sambil bicara sendiri dengan lirih.

"Ini apartemen keliatan keren dari luarnya saja,  tapi dalamnya...busheettt dah...kayak kapal pecah. Lagian itu cowok kalau keluar rapi, sok keren dan tampak seperti tipe Perfeksionis banget. Siapa sangka kehidupan aslinya seberantakan otaknya. Quin sudah minta maaf dan membersihkan gosip miring tentang dirinya pun, tapi perlakuan ketusnya belum berubah, dasar manusia es kagak punya hati, otaknya beku dan berantakan sekacau isi rumahnya."

"Hei, apa kamu bilang barusan, kayak ada kata-kata otaknya berantakan...?? Itu bicara sama siapa??" Sahut Artha yang sibuk membuat kopi di dapur mininya saat berusaha menguping racauan Quin.

"HAH....OHH.!!.. itu..?? .hmmm...tidak tuan, bukan bicara sama siapa-siapa koq. Lagi kesel aja , tadi ada customer Quin yang banyak permintaan dan menurutku mungkin lagi kacau aja pikirannya makanya jadi super sewot gitu !! " elak Quin yang terkejut ternyata racauannya terdengar Artha.

"Okay sudah selesai semua tuan, apa masih ada lagi yang tertinggal ?? " tanya Quin yang ingin segera menyelesaikan tugasnya di apartemen ini, karena sudah panas hati dan kepala Quin berasa mau meledak melihat Artha dan segala kelakuannya.

" Oh iya, jangan lupa sekalian handuk kotor yang masih menggantung di kamar mandi !! " pinta Artha sambil duduk depan TV sambil ongkang-ongkang kaki,dengan nada layaknya majikan yang memerintah pembantunya.

Melihat tingkah Artha yang ini, bener-bener membuat Quin naik pitam namun dia memilih diam dan melangkah ke kamar mandi.

"Gilaa!! Kamu pikir aku pembantumu apa?? Seenaknya aja kalo memerintah nadanya gitu!! Aku memang cuma buruh kecil namun juga masih punya harga diri dan bukan budak kamu kale !!" Keluh Quin marah-marah sendiri.

Namun tiba-tiba terdengar suara .....

" pyaaarrrr....grobyakkkk.....gedebukkk " .......

~~~~~ bersambung ~~~~~~~

Terdengar suara kaca pecah....
Apa yang terjadi ???? Apa Artha ataukah Quinsha penyebabnya ???
Tunggu kelanjutannya di chapter berikutnya yach ...

#OneDayOnePost
#ODOP late post for 28 April 2016

Rabu, 11 Mei 2016

Indahnya Pelangi di Metropolis ~ part 5

Pov Quinsha

Setelah aku bereskan semua kerjaanku, tepat pukul 18.00 waktunya bagiku untuk melakukan pengiriman sekaligus pengambilan orderan. Setelah mendatangi 10 lokasi yang berbeda , akhirnya aku sekarang berada di pos satpam customer terakhir yaitu Artha yang kemarin cukup meninggalkan kesan tidak mengenakkan.

"Permisi pak Satpam, saya dari Clean n Fresh Laundry mau delivery ke Tuan Artha di lantai 5." Dengan ramah bapak satpam itu membukakan jalan buatku. Dan setelah aku parkirkan motor maticku dan segera menuju ke lantai 5. Tepat di depan pintu apartemen itu aku menghela nafas cukup panjang, untuk memberikan kekuatan hati bertemu dengannya dan menerima segala makian yang mungkin akan aku terima atas perbuatanku kemarin.

"Ting Tong" suara yang terdengar saat kutekan bel di depan rumahnya. Tak selang lama, keluarlah Artha dengan kemeja kerja yang masih lengkap, mungkin dia baru saja pulang.
"Oh... kamu, kenapa kamu kemari lagi? Ga ada perlu aku sama cewek gila kayak kamu! " jawabnya ketus dan sinis sambil membanting pintu tepat dihadapanku.

"Huft...sabar Quin....customer adalah Raja, inget itu " lanjutku lirih untuk meredakan emosiku. Lalu aku tekan kembali belnya.
Saat dia membuka pintu, dengan senyum ramah dan menunjukkan kantong cucian laundry miliknya aku katakan " Delivery order Clean n Fresh Laundry sudah datang! Ini nota dan tagihannya, mohon bayar dengan uang pas, terima kasih."

~~~~~~~~~

Artha hanya memasang wajah kecut, mengambil tagihan dan berkata " Sekarang sudah jam 20.15. Perjanjiannya adalah waktu selesai laundry 24 jam, dan kamu sudah terlambat 15 menit dimana seharusnya maksimal kamu mengirim sebelum jam 20.00 kamu harus datang. Jadi, aku ambil laundryku tapi ga mau membayarnya " jawab Artha tegas penuh tatapan intrik.

"Whats??? Hei ga bisa gitulah, Kamu musti bayar atas jasa kami! Kamu minta delivery, kami terima dan kerjakan, tugasmu membayar dong! Cakep cakep koq ga tanggung jawab gitu!! " sahutku kesal dan sedikit meninggikan nada bicaraku.

"Kau bilang ga tanggung jawab!! Sapa yang lebih ga tanggung jawab, kau atau aku?? Seenaknya kamu permalukan aku kemarin malam, hingga gosip miring tentang diriku tersebar bahkan pencitraan nama baik yang selama ini aku miliki di apartemen ini pun kau hancurkan dalam sekejap!! Masih berani kau katakan aku ga bertanggung jawab!! Okay, aq bayar tagihanku, namun bisakah kau memperbaiki gosip itu? Bersihkan nama baikku maka aku akan bertanggung jawab dan menghargaimu juga!! " jawab Artha dengan penuh emosi dan kekesalan selama seharian karena issue miring yang melandanya.

Quinsha hanya mampu terdiam dan tertunduk karena dia tahu memang itu semua kesalahannya, namun dia ga pernah menyangka bahwa dampaknya separah itu bagi kehidupan pria yang baru ditemuinya kemarin. Merasa bersalah dan bingung harus berbuat apa. Maka dia hanya mampu membungkuk dan berkata " Sekali lagi Quinsha mohon maaf atas kejadian kemarin, aku ga tau musti bagaimana memperbaiki kesalahan itu, hanya kata maaf sedalam-dalamnya yang ingin kusampaikan. Selamat malam dan maaf telah mengganggu waktu istirahat anda. Anda tak perlu membayar tagihan ini. Terima kasih." Kemudian Quin pergi berlalu meninggalkan Artha. Namun dalam benaknya masih berkecamuk perasaan bersalah dan bagaimana mengembalikan nama baik Pria yang tanpa sengaja dia rusak nama baiknya atas sebuah kesalahpahaman.

~~~~bersambung~~~~~~~

#onedayonepost
#ODOP late post (menyahur utang for 26 april 2016)
#cerbung

Review foundation budget 150k

Hai blogger readers, Aku bukan seorang beauty blogger profesional, namun cukup mencintai dunia makeup sebatas hobby dan kebutuhan haria...