Sabtu, 20 Agustus 2016

Be strong when broken hearth


Cinta.....Sebuah kata yang memiliki berjuta makna. Kata orang cinta itu Buta, mungkin benar ungkapan tersebut. Karena hal itulah yang menderaku selama 6 bulan terakhir, hingga diriku bagaikan merpati yang menempuh ratusan kilometer, demi bertemu sang pujaan hati.

Buta?? Bisa dibilang begitu, karena wujudnya saja tak pernah aku temui, hanya jajaran abjad yang selalu dilayangkannya melalui sinyal 3G pada hp androku yang terkadang sering ngadat. Tanpa kusadari hal itu terus memupuk rasa cinta ini dalam istana hati, hingga membuatku bersikap nekat dan terkesan gila. Tepatnya 2 minggu lalu aku melakukan perjalanan 900 kilometer hanya demi menemui dia yang jauh disana.

Oh...iya, namaku Gisha Azfa Nadilla, seorang mahasiswi perantauan di Universitas Brawijaya. Penampilanku simple but looking casual dan trendy meski seorang hijaber.
Berawal dari suatu pagi 3 minggu lalu di kampus, setelah selesai melakukan remidi untuk beberapa mata kuliahku, Aku dan Dilla sahabat karibku sejak semester pertama sedang asyik bercanda, namun tawa itu terhenti seketika saat ada notifikasi dari Erfan Arfiz Syahrizal yang berisi barisan sajak indahnya di layar androidku.

"Gisha, aku ada ide nih! minggu depan waktu liburan semester, aku mau ke rumah tanteku di depok buat acara pernikahan sepupuku. Gimana kalau kamu temenin aku sekaligus jadi pembokat dadakan alias seksi sibuknya gitu, cuman 2 minggu doang koq.....plisss!! Truz sekalian kita kasih kejutan sama pacar dunia mayamu yang puitis itu??" terang Dilla.
"Tapi......apa mungkin itu??" sahutku singkat.
"Ya iyalah, masak aku bercanda sich." jawab dilla singkat.

Seminggu kemudian kami sudah di Depok, untuk membantu persiapan acara pernikahan itu. Alhamdulillah, prosesi pesta selesai dengan lancar tanpa kendala yang berarti. Dan 1 minggu terakhir disana, kita having fun ke beberapa tempat wisata bersama keluarga besar Dilla. Dua hari sebelum jadwal kepulangan, kami pun mencari alamat Erfan yang tertera pada paket barang, sewaktu dia memberikan kado pada ulang tahunku ke-21.
Hari itu masih aku ingat, Sabtu Siang sewaktu tiba di kawasan perumahan depok. Kita bertanya kepada pak Satpam dan dengan ramah beliau bersedia mengantar kami. Setelah melewati beberapa blok kita di blok G.5, rumah Erfan.

Dengan sedikit deg-degan aku pun turun dari mobil, sedangkan Dilla masih sibuk memarkirkan kendaraannya. Kupencet bel yang ada di samping pintu pagar, dan beberapa lama kemudian keluarlah seorang ibu paruh baya sepertinya pembantu dari Erfan.

Aku pun memperkenalkan diri dan menanyakan keberadaan Erfan. Tak lama kemudian, tiba-tiba ada suara seorang pria yang berteriak kepada ibu tadi.
"Bi Inah, bukain pintu garasi sama pintu gerbang!! Aku mau keluar!" .

Gerbang utama pun dibuka lebar oleh bibi tadi dan sambil berlari dia bergegas menuju garasi mobil untuk membukakan pintu.

Tiba-tiba muncullah, seorang gadis cantik berambut panjang berwarna coklat keemasan, bak seorang foto model dari pintu ruang tamu. Namun dibelakangnya muncul seorang pria jangkung dengan badan tegap memeluknya. Beberapa kecupan dilayangkan sang pria pada wanita molek itu.

Bagaikan petir di siang bolong, saat aku melihat dengan jelas bahwa sosok tersebut adalah pangeran pujaan, yang selama 6 bulan ini menjadi pacar dunia mayaku. Pria yang berjanji untuk setia menjaga hati meski menjalankan cinta LDR. Betapa bodohnya diri ini telah mempercayai bualan manisnya.

Beberapa menit kemudian, dia baru menyadari keberadaanku.
"Gi.....Gi .....Gisha?? A..apaa yang kau lakukan disini?? Kenapa kau datang tiba-tiba tanpa mengabariku dulu??" pertanyaan yang terlontar saat berjalan mendekatiku.

"Sayang, udah buruan......keburu telat nih!! Udah ditunggu anak-anak di cafe." teriak wanita berambut pirang tadi.

"Ah....ehmm...iya bentar. Kamu masuk mobil dulu, gih." Sahut Erfan pada wanita yang kemungkinan besar kekasihnya.

"Aku ada keperluan, nih. Kamu pulang saja dulu! Nanti aku jelaskan, Maaf." kata yang terucap dari Erfan sambil berlalu meninggalkanku begitu saja.
Erfan pun berlalu melewatiku dengan mobil Jazz merah miliknya, dengan tatapan tajam dari dalam kendaraannya. Aku yang masih terpaku dikejutkan oleh Dilla.

"Gisha...Gisha.....apa yang terjadi?? Bukankah tadi Erfan yang mengendarai mobil Jazz tadi?? Kenapa dia malah pergi dari rumah??" tanya Dilla kepadaku.

Kutegarkan jiwa ini dan mencoba menahan, ribuan airmata yang mulai berjajar rapi di pelupuk mataku.

"Dilla, bisakah kita pulang sekarang. Dan jangan bertanya apapun terlebih dahulu" pintaku padanya sambil berlalu melewatinya menuju mobil.

"Okay, Gisha sayang. As you wish" jawab Dilla atas permintaanku.

Namun entah apa yang dibicarakan Dilla dengan bi Inah. Setelah itu, barulah Dilla mulai menuju mobil dan melajukan HRV putih milik tantenya, dengan cepat layaknya pengemudi F1. Sekitar jam 14.00 wib, kita sudah tiba di rumah tante Herlin. Aku pun segera menuju kamar, karena sudah tidak sanggup kubendung lagi barisan air mata yang sedari tadi mengantri.

Dilla pun menyusul dan langsung mendekapku dengan erat dan mengungkapkan kata-kata penguat hati. Sepertinya dia sudah mengetahui apa yang aku rasakan. Aku masih ingat perkataan Dilla.

"Gisha sayang, kamu cantik dan baik. Kau layak memperoleh pangeran berkuda putih yang memiliki hati sebersih kapas. Sepatutnya kau disandingkan dengan dewa bukan manusia busuk seperti Erfan. Biarlah yang tampan seperti setengah dewa pergi karena sang Mahadewa-lah yang layak menghampirimu dan mendapatkan kasih sucimu. Lupakan dia dan buktikan padanya bahwa kau jauh lebih baik dibandingkan cewek pirang yang direngkuh erfan saat ini. Percayalah suatu saat erfan akan menyesal sepanjang hidupnya karena telah mempermainkan perasaan sang Mahadewi. Okay honey, do you understand!!" ucapnya sangat tegas dan penuh keyakinan dalam sorot matanya.

"Hu uhm. Aku tahu Dilla. Makasih banyak, maafkan aku bila sesaat terlihat rapuh dan bukan seperti seorang Gisha yang seperti biasanya."  akupun terdiam sejenak.

"Buat apa aku meneteskan air mata berharga ini demi cowok busuk sepertinya. Lagian di kampus masih banyak temen-temen yang mengharapkan senyum manisku, termasuk sahabat karibku yang cerewet ini. Anggap aja 6 bulan ini, Gisha habis kerasukan dan perlu di Ruqyah. Yaa Allah, makasih yach sudah mengirimiku peruqyah yang super bawel ini." sambil menatap Dilla dengan hangat.

"By the way, gue laper nih dilla, abisnya menangis ternyata menguras stok karbohidrat dan proteinku. Please cari camilan yuk sambil dimakan di taman deket komplek. Butuh oksigen segar nih......habisnya kamu main dekap aja, nih mukaku sampai gak bisa bernafas....hehehe." candaku pada sahabatku yang mulai pasang wajah khawatir.

"Nah gitu dong, ini baru namanya Gisha. Ceria, penuh canda dan gak pernah jaim buat makan." sahut Dilla memujiku sambil tertawa lepas.

Hari itu kita habiskan bersama dengan jalan-jalan sekitar komplek perumahan sambil mencari camilan. Keesokan paginya kita pulang ke Malang. Setiba di Malang, hp mulai aku aktifkan kembali. Sesuai dugaanku, berpuluh-puluh pesan dan panggilan tak terjawab dari Erfan mulai membanjiri notifikasi hp androidku saat hp kuaktifkan. Perlahan mulai kubaca pesan yang masuk. Tak selang beberapa waktu, hpku berdering. Dengan helaan nafas cukup berat dan kilasan penjelasan Dilla mengenai Erfan dan wanita itu.

"Halo, Assalamualaikum. Dengan Gisha ada yang bisa dibantu?" jawabku santai.

"Halo Gisha, ini aku, Erfan. Please jangan ditutup, dengarkan aku." sahutnya.

"Hmmm" jawabku singkat.
"Wanita itu namanya Clarissa , dia tunanganku. Kita dijodohkan sekitar 3 bulan lalu dan akan menikah 4 bulan lagi. Kita dijodohkan karena orang tua kita adalah partner bisnis dan ini pernikahan karena dasar bisnis juga. Namun dalam hatiku, hanya engkau seorang kekasihku, Gisha!!" tegas Erfan padaku.

"Stop!! Hentikan bualanmu, Erfan. Jika memang pertunangan ini terpaksa, kenapa juga kau bermesraan dengannya di teras rumahmu?? Yang kedua, dengan tidak menceritakan pertunangan ini, kau sudah membohongiku!! Yang ketiga, kau abaikan diriku yang telah menempuh hampir 900km hanya demi memberimu kejutan. Kau telantarkan diriku di depan pagar rumahmu tanpa kau beri salam bahkan sebuah perkenalan pun tak kau lakukan. Kau tinggalkanku begitu saja dan pergi bersama wanita itu."jelasku padanya dengan tegas.

"Ehmm..... itu...ehmmm...pokoknya aku suka kamu Gisha. Please percayalah. Aku memang gak bisa mengingkari perjodohan ini, tapi kalo kamu perlu bukti aku bisa datang ke rumahmu sekarang dan kita menikah besok sebatas nikah sirih buat bukti sayangku padamu." Jawabnya dengan nada memaksa.

"Whats?? Dasar cowok gila!! Sorry yach, gue bukan cewek sembarangan!! Kalau kamu ingin menikahi banyak cewek, salah alamat mas Bro!! Pergi ke laut aja kale, sapa tahu tuh putri duyung pada antri mendaftar jadi istri simpananmu!!" omelku dengan penuh kekesalan.

"Anggap aja 6 bulan terakhir, aku kerasukan dan bersedia mendengar bualan loe, but since today, never call me or chat me again, go away from my life forever!! Thanks sudah memberiku pelajaran bahwa cowok itu pembual dan penuh muslihat bahkan yang tampak setengah dewa sekalipun. Thanks and good bye, Erfan." tegasku.

Namun dia tidak menyerah, akhirnya aku gunakan cara super halus untuk membuatnya pergi dari kehidupanku selamanya.

"Dear Mas Erfan,

Terima kasih atas kehadirannya dalam jejak kehidupan seorang Gisha, atas waktu yang telah kau luangkan selama 6 bulan ini, atas kata-kata puitis yang membuatku tersenyum, atas canda saat chatting dan tawa yang kau bagi melalui telepon dan kejutan yang kau berikan pada hari ulang tahunku.

Terima kasih atas lukisan indah dalam kanvas kehidupan seorang Gisha. Namun sepertinya Allah tak mengijinkan kisah kasih ini, sebaiknya kau lanjutkan kehidupan sempurnamu bersama wanita pilihan keluargamu. Aku harap kau akan berbahagia bersamanya dan semoga langgeng selalu. Hargailah kisah cinta diantara kita selama 6 bulan ini dengan menjaga ikatan suci pernikahanmu. Thanks a lot for everything and good bye.

Hormatku, Gisha

****** ending *****


Terkadang, cinta memang membuat kita sakit, sedih dan berduka. Namun tatkala derita cinta melanda. Ingatlah satu hal, jangan membenci ataupun menyesali yang telah terjadi.
Cukup tatap masa depan, rekonstruksi kehidupanmu.
Dan mengenai kisah cintamu, cukup ingatlah segala kenangan manis dan indah bersamanya, ingatlah usaha yang pernah dilakukan demi membuatmu tersenyum.
Ingatlah kegilaan yang pernah kalian lakukan bersama.

Dan yang muncul adalah rasa terima kasih yang berlimpah padanya yang mungkin telah menyakiti kita dalam sehari.
Namun ingatlah bahwa dia yang telah menyakiti dalam sehari itu, pernah membuat kita tersenyum sepanjang hari selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Jadi, lepaskanlah kenangan buruk. Cukup ingat bahwa semuanya.adalah proses pembelajaran. Dan yakinlah, akan kau temukan kebahagiaanmu esok hari, asalkan kau siap untuk membuka hati.

SEMUANYA AKAN INDAH PADA WAKTUNYA.
Tetep semangat.

Writing by Riendra Siswin R.

Sabtu, 13 Agustus 2016

Sebait kata pinus dan embun


Seberkas cahaya terpancar dalam kosongnya hati
Kutatap secerca sinar yang terpendar dalam gelapnya jiwa
Kususuri dalam kesunyian hati
Kucari sosok dibalik sinar yang terpantul

Berpuluh-puluh langkah kutapaki jalan menemukan secerca asa
Masih kutemukan kosongnya asa dan tujuan hidup ini
Harus berlari sejauh mana lagi tuk temukan jatidiri
Kutemui berbagai macam sumber sinar yang kuharap membuka asaku

Namun bukan asa yang kuperoleh
Torehan luka dan sayatan dalam hati yang makin mengecil

Hingga tak mampu kususun kembali serpihan hati yang terlanjur remuk
Hingga asa tuk menjalani sebuah hidup sebatas atas syukur nafas dr Allah
Atas karunia Allah yg masih tercurah

Namun seiring waktu
Sebuah asa mulai tumbuh
Kala hadir sosok penenang jiwa dalam kesunyian
Yang membawa setitik cahaya kecil
Dalam pekatnya palung hati

Asa pun mulai terpupuk
Tujuan pun mulai terlukis
Namun tatkala sang penenang jiwa meski sekejap
Pernah mengabaikannya

Asa yg terbangun pun remuk seketika itu
Tujuan pun tiba2 terbuyarkan
Jiwa kosong itupun mulai kembali merengkuh
Kesunyian itu mulai hadir kembali
Pelukan akan dinginnya kehampaan mulai mendekap
Bahkan senyum sang penyejuk jiwa yang dulu mampu menyirami gersangnya hati
Sudah tak sanggup membasahi taman yang mengering

Sekarang...apa daya hati yg bagai pinus kering di tengah rimbunnya hutan penuh dedaunan
Pinus itu hanya mampu tetap tegar berdiri meski tetap memandang rindangnya hutan
Meski terperihkan tubuh yg mengering

Senyum itu kan terpancar dlm keringnnya raut wajah sang pinus
Dan ketegaran sang pinus mulai terobati
Kala setetes embun penyejuk membasahi kulit keringnya

Walau setitik namun ia mampu membasahi tiap celah bagian sang pinus
Karena belaian sang embun penuh ketulusan
Yg berasal dr murninya cinta

Sang embun tak akan mengering
Walau terik sombong sang surya mengecupnya
Walau sang pinus tak menghiraukan sentuhan lembut sang embun

Tapi ia tetap membelai sang pinus dengan kasih sayangnya
Hingga akhirnya sang embun pun menguap
Kala waktu menyapanya
Namun segaris indah telah ia torehkan didalam jiwa sang pinus

Kini sang embun pun hanya menjadi kisah lama
Yang tak akan pernah hadir lagi
Walau sang pinus mulai merindukan kehadirannya

Dan sang pinus hanya mampu berkata
Inilah diriku dengan kesendirianku
Takkan ada yg sanggup memahamiku selain penciptaku

Karna hanya penciptaku yg takkan lelah tuk menyapaku
Karna hanya penciptaku yg selalu hadir dalam setiap helaan nafas yang Dia berikan di setiap pagi

Kala biasanya sang embun menyapa
Pinus takkan lelah menatap awan dan memandang sang udara

Berharap embun kan memberinya senyuman manis
Berharap embun mulai menyapa hari harinya
Berharap embun kan bersemayam dalam relung jiwa keringnya

Lalu setitik embun pun hadir
Kala udara mulai membeku
Sosoknya kini beda karna ia terbentuk dr serpihan sang waktu

Dan kini sang embun pun mulai memberikan kesejukan
Dlm keringnya hati sang pinus
Ia tetap ada dan akan ada walau sang pinus mengabaikannya

Sang embun sadar
Ia hadir tuk memberi kehidupan
Ia hadir tuk memberi kesejukan
Ia hadir tuk mengobati luka
Ia hadir tuk menghiasi keindahan pada sang pinus

Itulah sosok embun yang kan tetap bersemayan dalam jiwa sang pinus
Karna ia sadar sang pinus adalah bagian dr dirinya

13 august 2016
By
Bakasai and Riendra

Review foundation budget 150k

Hai blogger readers, Aku bukan seorang beauty blogger profesional, namun cukup mencintai dunia makeup sebatas hobby dan kebutuhan haria...