Seberkas cahaya terpancar dalam kosongnya hati
Kutatap secerca sinar yang terpendar dalam gelapnya jiwa
Kususuri dalam kesunyian hati
Kucari sosok dibalik sinar yang terpantul
Kutatap secerca sinar yang terpendar dalam gelapnya jiwa
Kususuri dalam kesunyian hati
Kucari sosok dibalik sinar yang terpantul
Berpuluh-puluh langkah kutapaki jalan menemukan secerca asa
Masih kutemukan kosongnya asa dan tujuan hidup ini
Harus berlari sejauh mana lagi tuk temukan jatidiri
Kutemui berbagai macam sumber sinar yang kuharap membuka asaku
Masih kutemukan kosongnya asa dan tujuan hidup ini
Harus berlari sejauh mana lagi tuk temukan jatidiri
Kutemui berbagai macam sumber sinar yang kuharap membuka asaku
Namun bukan asa yang kuperoleh
Torehan luka dan sayatan dalam hati yang makin mengecil
Hingga tak mampu kususun kembali serpihan hati yang terlanjur remuk
Torehan luka dan sayatan dalam hati yang makin mengecil
Hingga tak mampu kususun kembali serpihan hati yang terlanjur remuk
Hingga asa tuk menjalani sebuah hidup sebatas atas syukur nafas dr Allah
Atas karunia Allah yg masih tercurah
Atas karunia Allah yg masih tercurah
Namun seiring waktu
Sebuah asa mulai tumbuh
Kala hadir sosok penenang jiwa dalam kesunyian
Yang membawa setitik cahaya kecil
Dalam pekatnya palung hati
Sebuah asa mulai tumbuh
Kala hadir sosok penenang jiwa dalam kesunyian
Yang membawa setitik cahaya kecil
Dalam pekatnya palung hati
Asa pun mulai terpupuk
Tujuan pun mulai terlukis
Namun tatkala sang penenang jiwa meski sekejap
Pernah mengabaikannya
Tujuan pun mulai terlukis
Namun tatkala sang penenang jiwa meski sekejap
Pernah mengabaikannya
Asa yg terbangun pun remuk seketika itu
Tujuan pun tiba2 terbuyarkan
Jiwa kosong itupun mulai kembali merengkuh
Kesunyian itu mulai hadir kembali
Tujuan pun tiba2 terbuyarkan
Jiwa kosong itupun mulai kembali merengkuh
Kesunyian itu mulai hadir kembali
Pelukan akan dinginnya kehampaan mulai mendekap
Bahkan senyum sang penyejuk jiwa yang dulu mampu menyirami gersangnya hati
Sudah tak sanggup membasahi taman yang mengering
Bahkan senyum sang penyejuk jiwa yang dulu mampu menyirami gersangnya hati
Sudah tak sanggup membasahi taman yang mengering
Sekarang...apa daya hati yg bagai pinus kering di tengah rimbunnya hutan penuh dedaunan
Pinus itu hanya mampu tetap tegar berdiri meski tetap memandang rindangnya hutan
Meski terperihkan tubuh yg mengering
Senyum itu kan terpancar dlm keringnnya raut wajah sang pinus
Pinus itu hanya mampu tetap tegar berdiri meski tetap memandang rindangnya hutan
Meski terperihkan tubuh yg mengering
Senyum itu kan terpancar dlm keringnnya raut wajah sang pinus
Dan ketegaran sang pinus mulai terobati
Kala setetes embun penyejuk membasahi kulit keringnya
Walau setitik namun ia mampu membasahi tiap celah bagian sang pinus
Karena belaian sang embun penuh ketulusan
Yg berasal dr murninya cinta
Kala setetes embun penyejuk membasahi kulit keringnya
Walau setitik namun ia mampu membasahi tiap celah bagian sang pinus
Karena belaian sang embun penuh ketulusan
Yg berasal dr murninya cinta
Sang embun tak akan mengering
Walau terik sombong sang surya mengecupnya
Walau sang pinus tak menghiraukan sentuhan lembut sang embun
Walau terik sombong sang surya mengecupnya
Walau sang pinus tak menghiraukan sentuhan lembut sang embun
Tapi ia tetap membelai sang pinus dengan kasih sayangnya
Hingga akhirnya sang embun pun menguap
Kala waktu menyapanya
Namun segaris indah telah ia torehkan didalam jiwa sang pinus
Hingga akhirnya sang embun pun menguap
Kala waktu menyapanya
Namun segaris indah telah ia torehkan didalam jiwa sang pinus
Kini sang embun pun hanya menjadi kisah lama
Yang tak akan pernah hadir lagi
Walau sang pinus mulai merindukan kehadirannya
Yang tak akan pernah hadir lagi
Walau sang pinus mulai merindukan kehadirannya
Dan sang pinus hanya mampu berkata
Inilah diriku dengan kesendirianku
Inilah diriku dengan kesendirianku
Takkan ada yg sanggup memahamiku selain penciptaku
Karna hanya penciptaku yg takkan lelah tuk menyapaku
Karna hanya penciptaku yg selalu hadir dalam setiap helaan nafas yang Dia berikan di setiap pagi
Karna hanya penciptaku yg takkan lelah tuk menyapaku
Karna hanya penciptaku yg selalu hadir dalam setiap helaan nafas yang Dia berikan di setiap pagi
Kala biasanya sang embun menyapa
Pinus takkan lelah menatap awan dan memandang sang udara
Pinus takkan lelah menatap awan dan memandang sang udara
Berharap embun kan memberinya senyuman manis
Berharap embun mulai menyapa hari harinya
Berharap embun kan bersemayam dalam relung jiwa keringnya
Berharap embun mulai menyapa hari harinya
Berharap embun kan bersemayam dalam relung jiwa keringnya
Lalu setitik embun pun hadir
Kala udara mulai membeku
Sosoknya kini beda karna ia terbentuk dr serpihan sang waktu
Kala udara mulai membeku
Sosoknya kini beda karna ia terbentuk dr serpihan sang waktu
Dan kini sang embun pun mulai memberikan kesejukan
Dlm keringnya hati sang pinus
Ia tetap ada dan akan ada walau sang pinus mengabaikannya
Dlm keringnya hati sang pinus
Ia tetap ada dan akan ada walau sang pinus mengabaikannya
Sang embun sadar
Ia hadir tuk memberi kehidupan
Ia hadir tuk memberi kesejukan
Ia hadir tuk mengobati luka
Ia hadir tuk menghiasi keindahan pada sang pinus
Ia hadir tuk memberi kehidupan
Ia hadir tuk memberi kesejukan
Ia hadir tuk mengobati luka
Ia hadir tuk menghiasi keindahan pada sang pinus
Itulah sosok embun yang kan tetap bersemayan dalam jiwa sang pinus
Karna ia sadar sang pinus adalah bagian dr dirinya
Karna ia sadar sang pinus adalah bagian dr dirinya
13 august 2016
By
Bakasai and Riendra
By
Bakasai and Riendra
Wah... Keren, kak. Panjang pula
BalasHapus