Sabtu, 29 Juli 2017

Catch my dream

Penulis inspirator.  RHONDA BRYNE
Judul.  The Power

Cerpen. Catch my dream
By.  Riendra Siswin


Dikala semua harapan seolah sirna,  lilin lilin penerang kehidupan mulai padam.  Bahkan seberkas cahaya yang cukup jauh dalam lorong gelap hidupku pun perlahan makin tak nampak hingga kegelapan dan sepi yang terasa.

Bagi sebagian orang mungkin akan memilih mengakhiri hidupnya dalam himpitan kehidupan yang cukup keras ini.  Namun tidak bagiku,  meski saat ini tak tahu harus berbuat apa,  takkan kuakhiri hidupku secepat itu.  Mimpi yang meski  terlihat sangat impossible , akan kukejar hingga nafas terpisah dari ragaku.

Fachrudin Nur Cahyo adalah nama yang sudah melekat sejak nafas ini mulai terhembus di dunia. Terlahir di keluarga kelas bawah bukanlah pilihanku sewaktu masih menjadi roh bergentayangan . Namun aku tetap menjalani hidup yang sangat berat tersebut.  Sejak kecil aku hidup dengan ekonomi yang kekurangan bahkan tak jarang sehari bisa makan itu sudah berlimpah.

Bersyukur aku bisa menamatkan sekolahku hingga SLTA dengan uang yang aku peroleh dengan membantu tetangga berjualan jajan pasar.  Pagi buta aku membantu bu Surti membawakan kie ke pasar tradisional dekat rumahku.  Saat matahari mulai menampakkan kesombongannya,  akupun pamit untuk berangkat sekolah,  hingga sang Raja hari telah lelah dan mulai menyingsing ke barat aku pergi ke warung kopi yang ada di pelabuhan.

Semuanya berlalu begitu saja tanpa kusadari bahwa diri ini sudah menginjak usia 30-an.  Keinginan untuk membangun sebuah keluarga pun terlintas,  namun apalah daya diri yang serba kekurangan. 

Di suatu senja kala Mentari yang berwarna kemerahan mulai menunduk malu di pesisir pantai , dsertai hembusan angin yang sepoi namun menyejukkan raga yang lelah ini pun mulai membawa diri menuju imaji.

Sesaat terlukiskan sosok sang bidadari diawan namun sedikit tertutupir oleh segerombolan awan putih hingga aku tak mampu melihat wajah sang pelangi.  Dalam benakku terbesit rasa untuk menemukan sosok anggun seperti bidadari.  Namun tiba-tiba  anganku terbuyarkan oleh teriakan seorang ibu yang memanggil anaknya untuk pulang dan keluar dari hamparan pasir yang berbisik lembut saat terhempas sang angin.

Kala kubuka mata maka aku sadar semua itu adalah imajinasi kosong dan harus segera terlupakan,  namun saat kudengar suara alam dan sederetan semut yang sedang berkonvoi di atas Batang pohon kayu yang aku dudukin aku tertegun sejenak.  Kumulai bertanya,  seekor semut saja mampu membawa beban melebihi ukuran tubuhnya,  berarti nothing is impossible.

Disamping itu,  alam selalu selaras meski apapun yang terjadi.  Seburuk apapun kondisi alam,  maka alam akan memperbaiki dirinya.  Jadi kenapa aku yang memiliki akal dan segenap kehebatan yang tak dimiliki orang lain tak mampu memperbaiki ketidakseimbangan kehidupan.  Menurut buku yang pernah kubaca sewaktu sekolah yang mencuri waktu untuk menjejali otakku dengan buku di perpustakaan umum dulu,  disebutkan bahwa "Apa yang kau pikirkan itulah yang akan terjadi. "

Benar juga yach,  selama ini aku berpikir aku hanyalah anak pinggiran pantai yang terlahir dan akan mati disini dengan kondisi apa adanya. Makanya meski aku kerja mulai pagi hingga larut malam,  yang kudapatkan sebatas untuk sesuap nasi yang mengganjal perut mungilku yang hanya terbalut serpihan tulang dan kulit gelapku  saja.

Maka mulai detik ini harus kuubah pikiranku,  harus kulukis ulang imajinasi dalam alam mimpiku.  Agar aku mampu mengukir tinta emas dalam kanvas kehidupanku.  Dan sejak sore Indah itu,  rutinitasku tak berubah namun satu hal yang berubah yaitu mindset didalam otak yang terlindungi tulang keras bernama tempurung kepala.

Setelah beberapa waktu,  aku bisa memiliki sebuah hp android meski gak mahal namun cukup buat membuka mbah google yang kata orang serba tahu. Akupun mulai banyak membaca di penghujung hariku dan menambah cakrawala ilmu yang mungkin 10 tahun terakhir tertutup karena kesibukanku untuk mengais rejeki di muka bumi yang kata para filsuf era socratik (abad 5-6 SM)  itu datar,  namun terbantahkan setelah dibuktikan oleh aristoteles pada 330 SM bahwa bumi itu bulat. 
Pertemuan yang tak disengaja dengan seorang gadis cantik yang mempesona,  dengan helaian kain panjang yang membalut tubuh moleknya itu sungguh tak terlupakan.  

Dia mampu merubah segala cara pandangku pada dunia menjadi lebih baik.  Awalnya aku yang sangat apatis dengan orang lain yang kaya , mungkin karena kondisiku yang terpuruk.  Namun kala mengenalnya sungguh aku terkejut,  ternyata masih ada insan berstatus kaya itu memiliki hati lembut dan tak sombong.
Meski mengetahui siapa sebenarnya sosok diri yang kumuh ini,  tak sekalipun dia merendahkan martabatku.

Tak jarang aku berbagi sudut pandang dan filosofi kehidupan dengannya.  Hingga ia mampu merubah mindsetku yang berorientasi pada keseimbangan alam atau hukum law of attraction menjadi berorientasi pada hal religi.  Konsepnya tak jauh berbeda dengan buku yang pernah kubaca namun lebih berorientasi pada Sang Pencipta.  Akupun mulai mengikuti saran dan cara berpikirnya,  kehidupan memang tak membalik layaknya membalik tangan. Namun aku mulai rasakan ketentraman yang lebih mendalam bahkan dikala cobaan mulai banyak menderaku.

Dia selalu ada untuk mensupportku,  hingga diri ini tak kuasa untuk tak mengutarakan perasaan sayangku padanya.  Bahkan kuberanikan diri untuk datang menemui dia dan keluarganya.  Tanpa ditanya pun,  kalian tahu jawabannya.  Pastinya diri ini tak diterima,  namun bukan oleh gadis anggun yang selalu mendampingiku melainkan oleh segenap keluarga besarnya.

Apa aku menyerah?  Tentu tidak.  Aku telah mengalami intimidasi status sosial semenjak terlahir,  jadi itu sudah biasa bagiku.  Aku terus dan tetap menghampiri dan hadir di kehidupan wanita anggun bak seorang bidadari syurgawi yang menutupi kemolekannya dengan helaian busana syar'i.  Meski terkadang hatiku tersayat atas sikap dan ucapan keluarganya.  Apa aku marah?  Tidak.  Karena apa yang kita tarik itulah yang akan kita dapat.  Oleh sebab itu,  aku tak pernah bereaksi negatif dan gak bernegatif thinking terhadap gladys dan keluarganya.

Namun aku takkan menyerah berusaha memperoleh bidadariku dengan cara santun,  karena aku percaya bahwa " Hasil takkan pernah mengkhianati proses dan usahanya". Sampai darah tak sanggup mengaliri denyut nadiku dan nafas sudah tak mampu berhembus dalam ragaku,  maka saat itulah diriku akan menyerah untuk  menggapai mimpi dan imajiku.

1 komentar:

  1. Hai, mbak Riendra.
    Saya minta ijin mau ngripik, eh ngritik dan nyaran.. siap siap ya. 😂😆

    BalasHapus

Ditunggu kritik sarannya yach kak!

Review foundation budget 150k

Hai blogger readers, Aku bukan seorang beauty blogger profesional, namun cukup mencintai dunia makeup sebatas hobby dan kebutuhan haria...