Rabu, 18 Mei 2016

Indahnya Pelangi di Metropolis ~ part. 8 (still in hospital)



Rembulan telah tenggelam seiring terbitnya sang mentari pagi yang dengan gagah menampakkan sinarnya. Sorot cahaya mulai menelisik masuk diantara kelambu di salah satu ruangan berukuran 3x4 meter tersebut.

Ruang Paviliun Anggrek 2.1.1 adalah saksi bisu munculnya Tunas Cinta dari seorang Artha, disanalah seorang gadis desa yang manis sedang terbaring tak sadarkan diri semalaman. Mungkin karena pengaruh obat anestesi (obat bius) regional yang diberikan pada Quinsha saat menjalani operasi untuk luka dikepalanya.

Sekitar pukul 06.30 wib, akhirnya Quin mulai membuka mata secara perlahan dan melihat sosok pria duduk disampingnya sedang tertidur. Gadis manis ini masih bingung kenapa dia terbaring di ruangan bercat putih dan disebelah kirinya terdapat monitor kecil yang menunjukkan grafik detak jantungnya. Serta masih ada selang oksigen yang terpasang di hidungnya. Bingung, pusing, penasaran dan merasa blank itulah yang dirasakan Quin saat ini.

Dengan tangan yang masih lemah, dieluslah kepala pria yang masih tertunduk bersimpu diatas kasur berbusa itu. Dan beberapa detik kemudian, pangeran bernama Artha itu pun terjaga dari lelapnya.

" Kamu sudah sadar. " hanya itu kalimat yang terurai dari bibir tegas pria itu dengan garis wajah yang masih menampakan sisa kecemasan.

"Aku dimana ?? Kenapa aku disini ?? Kenapa kamu disini ?? " tanya Quin sambil berusaha mengumpulkan nyawa yang masih belum lengkap. Dan berusaha bangkit dari tempatnya berbaring.

" Hust....sudah jangan banyak bicara dulu, istirahat saja. " jawab Artha sambil memegang pundak Quin supaya tenang dan tidak berusaha bangun dari tempat tidur.

" Minum dulu nih...biar segera pulih stamina kamu! " tambahnya sambil menyodorkan sedotan yang terletak dalam gelas berisi air putih.

Sambil meminum air tersebut Quin mulai memejamkan mata untuk mem-flash back apa yang telah terjadi pada dirinya. Dan setelah beberapa menit, Quin mulai mendapatkan kembali semua stamina beserta ingatannya termasuk kejadian saat dirinya terjatuh di kamar mandi.

" Aisshhhh....kenapa kamu ada disini ?? Aihhh...kenapa ini sakit banget yah kepala aku !! Hadeww...ini gara-gara kamu sih, pakai acara suruh ambil handuk di kamar mandi segala. Udah gitu kamar mandinya jorok pake banget. Masak lantai sampai licin gitu? Saking gak pernah dibersihkan, mencelakakan orang tau !! " omel Quin pada Artha sambil tetap memaksa bangun dan berusaha duduk diatas tempat tidur.

"Sudah, marah-marahnya besok aja kalau sudah sembuh dan kepalanya tidak sakit lagi. Terserah deh mau pukulin atau hukum aku seperti apa kelak. Yang penting sekarang proses pemulihan kesehatanmu dulu. Sebentar yach, aku panggilkan dokter dulu, jangan kabur atau beranjak dari ranjang lho ! " ucap pangeran cakep itu syahdu penuh perhatian dan kecemasan. Sambil mulai merebahkan lagi tubuh lemah gadis manis itu.
 
Setelah itu tanpa basa-basi, Artha langsung bergegas untuk mencari perawat dan dokter yang sedang berjaga di ruangannya.

"Mbak perawat, .... tolong.... Pasien Anggrek 2.1.1 barusan siuman. Mohon diperiksa atau apalah !! " pinta pria cakep itu. Dan 1 orang perawat langsung bergegas menuju ruangan diikuti oleh Artha menyusul dibelakangnya dan satu perawat yang lain mencari dokter untuk memastikan kondisi Quin.

Tak lama kemudian, dokter pun tiba dan melakukan beberapa tes seperti detak jantung, denyut nadi, kondisi pupil mata, dll. Serta melontarkan beberapa pertanyaan untuk memastikan ada tidaknya gangguan psikis akibat benturan seperti amnesia, halusinasi atau semacamnya. Namun artha yakin psikis Quin baik-baik saja yang nampak dari gaya bicaranya yang sudah kembali ke sifat asli.

" Bagaimana perasaan kamu sekarang, nona Quinsha ? Mana yang sakit ? Ada keluhan apa saja? " Tanya pak dokter yang tadi malam mengoperasi Quin.

" Pak dokter ini pertanyaannya aneh deh, Ya jelas saya tidak baik-baik saja dong. Orang habis terpeleset dan jatuh, terus kepalanya terbentur tepian bak mandi dan terkena pecahan kaca dari vas bening yang ada diatas rak kaca yang menempel di dinding, yang ikut terjatuh saat Quin berusaha cari pegangan." Jawab Quin dengan gaya ceplas-ceplosnya.

" Sakit banget ?? Ya pastilah pak dokter, apalagi ini kepala !!... hadeeeww...perih perih gimana gituch!! Pusing dan mata berkunang-kunang wajiblah Quin rasakan sekarang, kalau tidak terasa sakit, justru saya malah takut dan bingung, berarti syaraf rasa sakitku sudah putus dong dokter. Gimana sich pak dokter ini...... cakep-cakep tapi aneh. Sama tuh kayak cowok dibelakangnya dokter. " Jawab Quin yang nerocos tak henti-henti.

" Apalagi kondisi batin saya pak dokter...wuihhhh.....pingin ke pantai buat melarung itu pangeran sok kecakepan yang dari tadi pasang wajah sok peduli " tambah Quin sambil menunjuk ke arah Artha.

Sambil tersenyum mendengar celotehan pasiennya, pak dokter berkata " Aduh, sepertinya duo sejoli lagi bertengkar nih sebelum kecelakaan, sudah jangan bertengkar lagi, yang mesra gitu dong nona manis sama pacarnya."

"WHATS?? dua sejoli?? Pacar kata pak dokter?? Hmmm.... yang perlu di cek harusnya pak dokter deh!! Saya tidak kenal sama dia, sekedar tahu nama dan tempaf tinggalnya saja. Lagipula males banget punya pacar sadis seperti dia. " bantah Quin sambil tersenyum kecut.

"Hmmm.... iya-iya, percaya koq kalau dia bukan pacar Quin. Trus, berarti tidak ada keluhan amnesia atau apa gitu? " jawab pak dokter ramah untuk menenangkan Quin yang sedikit emosi.

" Tidak ada, pak dokter yang cakep, sebatas pusing, nyeri di bagian kepala dan perih di pelipis serta memar sekujur badan aja." Jawabnya memperjelas kondisi kesehatannya.

"Okay, bersyukur nona tidak memiliki gejala amnesia dan cidera bagian dalam. Namun untuk memastikan ada tidaknya peradangan di kepala atau semacamnya, kita harus melakukan CT-Scan. Kemungkinan nanti siang setelah lunch break. Dan untuk luka luar, terdapat beberapa jahitan di bagian kepala dan minggu depan baru lepas benang serta pemeriksaan lanjutan. Jika tidak ada gangguan, minggu depan setelah buka jahitan, nona bisa segera pulang. Dan tetap saja kelak masih butuh pemulihan sedikit lama. Jadi jaga kondiasi, jangan terlalu banyak pikiran yah!! Sekarang Quin harus Bed Rest selama 1 minggu" jelas pak dokter cakep penuh detail karena melihat sifat Quin yang tegas dan penuh tanya.

"Ta...taapiii...pak dokter, Quin kan harus kerja?? Tidak bisa dipercepatkah pak ? Sampai besok aja yah dirumah sakitnya ?" sahut Quin berusaha negosiasi sama dokter.

"Sudah pak dokter, jangan hiraukan perkataan teman saya barusan, terima kasih sudah membantu memulihkan kesehatannya. Saya pastikan dia tidak kabur kemana-mana selama satu minggu ini. " sela Artha sambil menjabat tangan pak dokter dan berusaha mengajak beliau keluar ruangan untuk bertanya lebih lanjut mengenai kondisi Quin. Karena Artha tahu kalau masih disana, tidak akan selesai itu debatnya Quin sama pak dokter.

Dan Artha pun mendapat penjelasan lebih detail di luar ruangan itu, mengenai kondisi Quin serta apa saja pantangan dan yang harus dilakukan untuk segera memulihkan kondisinya. Pak dokter pun berpamitan dan berlalu.

Artha pun kembali masuk dan berusaha menjaga Quim beberapa hari disana. Tentu saja dengan memberi kabar melalui telepon ke tempat kerja Quin mengenai kondisinya sekarang.

Namun di lain pihak, timbul banyak tanya dan kecurigaan Quin kepada Artha atas perubahan sikapnya.

"Yang kepalanya terbentur kan Quin, kenapa yang terkena gegar otak dia yach ?? Hmmm.... ada niat tersembunyi Artha?? Kenapa berubah drastis. " gumam Quin dengan nada lirih.

----- bersambung ---

#ODOP
#ONEDAYONEPOST for 18 mei 2016

#cerbung

1 komentar:

  1. Apa karena penyakit Quin serius? makannya Artha jadi perhatian. Atau karena meresa bersalah kali ya?

    BalasHapus

Ditunggu kritik sarannya yach kak!

Review foundation budget 150k

Hai blogger readers, Aku bukan seorang beauty blogger profesional, namun cukup mencintai dunia makeup sebatas hobby dan kebutuhan haria...