Kamis, 19 Mei 2016

Indahnya Pelangi di Metropolis ~ part. 9


Langit telah dipenuhi dengan cahaya senja disertai pesona sang mentari di ufuk barat. Kedamaian pun terasa di benak para insani yang sedang beranjak pulang menuju peraduan terindah yaitu kembali ke rumah untuk menyambut keluarga yang telah menanti insan-insan pengais rejeki.

Meski keindahan sore itu sedikit ternodai dengan suara deru mesin kendaraan yang mulai terdengar sangat berisik diikuti lantunan klakson yang terdengar sepanjang perjalanan pulang Artha dari kantornya. 

Namun tak mengurangi rasa rindu pada gadis pujaannya, serta rasa bahagia karena dia akan menemuinya.

Sudah satu minggu lebih, dia tidak pulang menuju apartemen ternyamannya. Selama 5 hari dia selalu pulang ke rumah sakit tempat Quin dirawat. Sedangkan 3 hari setelah Quin  pulang dari rumah sakit, Artha tak henti-hentinya memberikan perhatian ekstra pada gadis manis tersebut.

Selama di rumah sakit, Artha yang merawatnya, dan Quin memang sengaja tak ingin memberi kabar pada keluarganya di desa agar tidak menimbulkan kepanikan. 

Bahkan saat diijinkan pulang, artha tak henti-hentinya meminta Quin tinggal di kamar tamu apartemennya. Karena Artha tahu, Quin tinggal sendiri di kost-nya. Sehingga takkan ada yang merawat dirinya.

Namun dengan tegas ditolak Quin, akhirnya Artha hanya bisa memberi perhatian sebatas membelikan makanan serta mengingatkan minum obat.

Karena ancaman Artha-lah Quin pun dengan berat hati harus mengijinkan artha datang tiap pagi dan malam untuk mengantar makanan. Dan meski Quin sudah mulai masuk kerja, artha pula yang jadi sopir pribadinya.

Namun perhatian lebay dari artha selama 2 minggu menjadi berubah setelah kejadian di satu malam.

" Quin sebelum pulang mampir sejenak ke taman kota yuk ? " tanya artha saat menjemput Quin pulang kerja.

" hmmm... mau ngapain juga disana, tidak mau ! Quin mau pulang saja, capek dan pening di kepala nih ! " jawab Quin singkat dan ketus.

" Lho .. justru karena kamu lagi pening dan penat itu makanya perlu refreshing, bentar saja koq " bujuk artha supaya gadis pujaannya menyetujui permintaannya.

" Okay sebentar saja disana, kalau terlalu ramai dan buat pening, pulang yach ! "  sahut gadis manis itu sambil mengangguk setuju.

" Siap Princess Quinsha, as u wish, okay....lets meluncur ! " jawab Pangeran cakep yang sangat ceria saat mendengar jawaban putri pujaannya.

Setelah 30 menit melajukan kendaraannya, akhirnya mereka tiba di taman yang cukup indah dan diwarnai kerlap kerlip lampu yang indah terpancar dari air mancur yang bergantian menyembur sehingga tampak seperti sedang berdansa, dan tentunya makin mempercantik taman.

" Eh... ada yang jual cilok, beliin yah! Please... please! " pinta Quin pada Artha.

"Jangan jajan sembarangan, jaga pola makan dulu gih ! " jawabnya atas permintaan aneh gadis manis itu.

"Hmm...pelit ! Tidak asyik nih, pulang aja yuk ! " ujarnya sambil cemberut.

" Hadeww, kalau dibilangin koq malah gitu. Aishh... childist banget. Ya udah, tapi beli jagung manis tabur keju itu saja yah. " jawab artha untuk meredakan kemarahan Quin.

" Yeaahhh.... asyik, cuz buruan, keburu taman air mancurnya dimatikan nanti. " sahut Quin penuh semangat.

Sekitar hampir 15 menit, mereka duduk di salah satu kursi tepat depan air mancur warna warni dan tanpa percakapan apapun. Karena Quin asyik makan sambil menatap keindahan taman. Artha pun tak ingin mengganggu kedamaian yang sedang dinikmati Quin. Dan setelah habis camilannya, baru Quin mulai berbicara.

" Makasih yah, Artha. Ini pemandangan terindah dan membuat hatiku tenang dan damai banget. " ujar Quin lembut, meski itu bukan ciri khasnya yang berbicara ketus.

"Iya, sama-sama. Quin, boleh aku bicara sesuatu, tapi jangan marah yah nanti. " tanya Artha penuh kelembutan.

" Ngomong saja, tidak perlu khawatir. Janji deh tidak akan marah-marah, paling cuman ngambek doang....hehehe. " sambil nyengir Quin menjawab.

Spontan Artha langsung berdiri dan bersimpu di depan Quin yang masih duduk cantik di kursi. Sambil menatap dengan serius dan penuh ketulusan dan kesyahduan.

" Quin, mungkin 1 bulan pertama aku bersikap tidak santun padamu, bahkan bisa dibilang jahat kepadamu. Aku benar-benar minta maaf akan kelakuanku. Aku menyesal atas sikap ketus itu. " lanjutnya menegaskan permintaan maafnya.

" Oalah..... sudahlah, tidak perlu dipikirkan. Anggap saja dimaafkan atas dasar kebaikanmu selama 2 minggu terakhir. Sudah deh, tidak usah pakai acara berlutut gitu, malu tau, dilihatin orang lalu lalang itu. Udah, berdiri gih, geli aku lihatnya. Kayak apaan saja pake, memohon gitu !! " jawab Quin ringan sambil senyum.

" Beneran nih, aku dimaafkan ? Apa Quin yakin ? Quin tidak ngambek lagi sama Artha atas sikapku ? " sahut pria itu dengan bibir tegas namun penuh tanya, karena heran dengan jawaban Quin yang sejujurnya sangat membuatnya bahagia.

" Iya, 100 persen dimaafkan. Tapi kalau masih mempertanyakan hal yang sama lagi, hmmm.... aku tarik yach kata maaf tadi. " ujar Quin yang sedikit kesal karena masih dipertanyakan ketulusannya.

" Eitz...jangan dong. Okay, aku percaya 1000 persen deh. Tapi ada satu hal lagi yang mengganggu sudah 2 minggu ini, namun kalau tidak diutarakan rasanya ingin pecah kepala Artha. " sahut Artha sambil memegang tangan Quin yang hendak beranjak dan meninggalkannya.

" Hah?? Apa itu yang mengusik pikiran kamu hingga berasa pecah itu kepala ?? " tanya Quin sambil kembali duduk untuk mendengarkan Artha.

" Hmmm..... Se...seben.... Sebenarnya... hadewww....  gimana ngomongnya yach !! " jawab pangeran cakep yang bibirnya mulai kelu untuk bicara.

" Udah, bilang saja ! Tidak perlu takut, Quin janji tidak akan marah atau ngambek atas ungkapan Artha kelak. TRUST ME ! I always keep my word. So, don't worry. " sahut Quin yang bingung karena Artha yang berubah jadi cemas  dan takut. Sambil memegang kedua pundak pria yang ada dihadapannya.

" Huft.... A... Aku... hmmm.... Artha mau bilang sebenarnya, Aa... Aku Ja... Ja... hmmm.... Artha sudah jatuh cinta pada Quinsha !! Oh ...shitt, what the hell !! bicara gitu saja sulit banget...." jawab Artha penuh ketakutan namun sekejap berubah jadi marah-marah.

" Hah ?? Are U okay Artha ?? " sahut Quin sambil memegang dahi Artha.

" Jadi apa jawaban kamu ? " tanya Artha sedikit ketus untuk menutupi rasa grogi yang sedari tadi melandanya.

" Hmmmm .....sebaiknya kita pulang aja, sepertinya kamu sedang demam ! Mulai meracau tidak jelas. " jawab Quin untuk meredakan Artha yang makin kalut.

" Quin, please jangan menyiksaku begini. Aku cemas nih menunggu jawaban kamu, bisa gila rasanya, please jawab dulu yach.... baru kita pulang " sahut Artha sambil memohon.

" Hadewww..... kau sebut itu tadi pertanyaan?? Kenapa Quin dengarnya seperti orang lahi marah-marah saja tuch !! Bukan sebuah ungkapan perasaan cinta. Jadi menurut Quin tak ada yang perlu dikatakan. Iya kan?? " jawab Quin dengan nada lembut dan teduh untuk meredakan emosi Artha.

" Tapi, itu tulus dari lubuk hati terdalamku !! Hmmm...iya juga sih, maaf yach Quin, sudah berkata tidak santun barusan. Tapi tolong jawab yach....please..... !! "
Tambah artha untuk membela dirinya yang telah berkata kasar.

" Hmmmm.... gimana yach jawabnya..." Quin menjawab sambil memegang dagu.
Jadi apakah Quin akan menerima atau justru marah-marah atau menolak Artha, tunggu kelanjutannya di chapter berikutnya yach.

~~~~~ bersambung ~~~~~~

#ODOP
#onedayonepost for 19 mei 2016
#cerbung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ditunggu kritik sarannya yach kak!

Review foundation budget 150k

Hai blogger readers, Aku bukan seorang beauty blogger profesional, namun cukup mencintai dunia makeup sebatas hobby dan kebutuhan haria...