Jumat, 01 April 2016

Mengatasi kesedihan Bagi Anak2 ditinggal pergi Ayah / Ibu



Sebuah keluarga yang lengkap adalah sebuah impian bagi setiap insan di bumi bahkan semesta ini. Namun ada kalanya seseorang pasti akan kehilangan orang yang disayanginya.

Baik itu kehilangan sosok kakek, nenek, ibu, ayah, suami, istri maupun putra atau putri terkasih. Bagi kita yang sudah dewasa yang sudah memahami mengenai adanya konsep kehidupan dan kematian saja terasa terpukul dengan keadaan ini.

Tidak jarang kita bersikap murung dan sedih hingga beberapa minggu atau bulan. Namun bila keadaan tersebut membuat kita terpukul dan justru terlarut dalam kedukaan hingga berbulan-bulan bahkian tahunan hingga kehidupan pribadi terbengkalai, terkadang juga hingga lupa dan sudah tidak mau melakukan aktivitas apapun bagai zombie. 
Nah ini nich, yang memerlukan bantuan psikolog profesional. 

Untuk meredakan kesedihan bagi orang dewasa adalah dengan memberi pemahaman bagi mereka untuk mulai membuka kehidupan baru yang jauh lebih baik sesuai harapan almarhum / almarhumah.

Di lain sisi, juga mulai mengingatkan dia untuk mulai menetapkan tujuan hidup, membuat target kehidupan untuk dicapai biasanya lebih mudah bila targetnya lebih visual, real dan materi. Sehingga yang bersangkutan akan mulai memindahkan fokus pada langkah baru kehidupannya. Sehingga diharapkan dia akan tersibukkan dan seiring berjalannya waktu kedukaan itu akan sirna dan cukup kenangan manis almarhum/ almarhumah yang tersisa.

Sama halnya bagi anak-anak, dimana ada beberapa range usia yang mungkin sudah memahami siklus kehidupan dan kematian. Sehingga untuk meredakan kesedihan anak2 yang seperti ini (biasanya range usia remaja 10-17 tahun), bisa diperlakukan seperti orang dewasa, hanya saja tetap harus mendapat pantauan dari keluarga. Masih harus mendapat perhatian dan kasih sayang , hingga dia merasa masih lengkap dan utuh dalam keluarga tersebut.

Sedangkan untuk usia anak-anak yang baru belajar banyak hal dalam usia 2-10 tahun. Mereka akan melihat teman sekitar yang memiliki keluarga utuh, maka seandainya ada ketidak utuhan anggota keluarga maka  mereka akan bertanya - tanya. misalnya kemana ibu atau ayah (bila salah satu orang tua meninggal). Inilah pertanyaan momok dan keramat bagi seorang single parents di muka bumi yang dilontarkan anak2nya.

Kepanikan pasti muncul dalam benak orang tua. Hingga terkadang ada yang marah2 bila anak2 bertanya kepada orang tuanya. Atau mengalihkan perhatian dan menjelaskan secara bertahap sesuai dengan pemahaman sang anak mengenai konsep kematian. Sama halnya dengan pertanyaan asal muasal sebuah kehidupan  seperti anak usia 3 tahun bertanya " Ma, aku ini berasal dari mana? " , atau anak usia 7 taHun bertanya kepada mamanya yang hamil 7 bulan, "ma, kenapa perut mama buncit? Trus kata temen2 itu karna aku mau punya adik, adik koq bisa ada di perut mama? "
Dan berbagai pertanyaan yang membuat kita sebagai orang tua panik terutamanya bagi orang tua muda.

Kembali mengenai menjelaskan kematian pada anak2. Pemberian pemahaman pada usia 0-3 tahun mungkin lebih sederhana, biasanya bilang "sedang pergi jauh" itu jawaban mainstream dan cukup ampuh dan aman. Namun seiring bertambahnya usia ia akan mulai bertanya2, "pergi kemana?, koq ga pulang2?, ga kangen aku ta mama / papa? ", karena konsep awal yang kita tanamkan adalah mereka pergi jauh.

Oleh sebab itu, untuk anak dengan usia 3-7 tahun ini perlu mulai penanaman konsep kematian, hanya saja dengan bahasa yang sederhana. Misalkan ibunya yang telah tiada, "Adik, mama kamu sedang pergi ke syurga dan tidak mungkin kembali karena disana mama sudah tenang ditemani bidadari cantik2". Seandainya dia belum paham apa itu konsep syurga, kita bisa meminjam bintang yang lebih nyata bisa dilihat si anak. Dan pasti dia akan bertanya "apa mama tidak kangen adik dan kalo aku kangen mama bagaimana?"
Maka dengan meminjam bintang diharapkan anak lebih bisa menerima karena semuanya tampak nyata dan real.

 Seperti halnya bahwa anak2 percaya adanya dunia lain seperti dalam film Harry Potter, atau film putri salju, dkk. Justru anak lebih mudah menerima konsep semacam ini. Contohnya, bawa anak di suatu malam d teras rumah dan katakan "Mama sekarang tinggal di Bintang "(tunjuk salah satu bintang paling terang dan besar).
Katakan bahwa , "diatas sana mama selalu memperhatikan adik, mama sayang banget ama adik makanya selalu menjenguk adik setiap malam untuk memastikan adik tersenyum bahagia apa tidak di hari ini".
Jadi kalau adik kangen mama, adik juga bisa melihatnya . Adik sapa bintang itu juga yach. Adik juga harus jadi anak yang ceria, baik , cerdas , berprestasi di sekolah dan menuruti perkataan ayah. Karena kalo tidak, kasihan mama nanti jadi sedih.

Dengan konsep diatas, mungkin bagi kita sebagai orang dewasa itu sebuah hal konyol. Namun itulah pemahaman anak2, itulah hal yang bisa mereka terima dengan sangat baik.

Dan satu hal lagi, pengucapan kata2. "Sudah jangan tanya2 mama/papa yg telah pergi lagi"  atau "jangan bertingkah atau mikir aneh2" . Itu adalah pernyataan yang justru membuat anak akan takut bertanya , takut mengungkapkan isi hati dan perasaannya terutama kehilangan sosok yang disayanginya.
Anak akan mengalami perubahan sikap, dia akan menjadi tertutup, pemurung, pendiam dan menjauhkan diri dari lingkungan.

Sebenarnya membuat anak ceria dan lupa akan kesedihan dibanding kita sendiri. Karena anak memiliki konsep cepat lupa dan gampang bahagia. Hanya saja memang harus dengan cara yang lebih tepat dan yang paling penting mendapat curahan kasih sayang . Bukan berarti dengan memenuhi dia dengan barang atau materi. Namun justru perhatian, perbanyak waktu berbicara atau ngobrol dengan anak di sela2 waktu  sebagai single parent. Misal dengan bertanya," bagaimana keadaan adik hari ini? Dapat apa di sekolah? Atau tadi bermain apa sama teman2?"
Pertanyaan simple dan obrolan ringan 15 atau 30 menit bersama mereka tiap harinya itu sangat berarti dan bermanfaat bagi perkembangan pribadi sang anak.

Meskipun mungkin ada kakek/nenek atau keluarga lain yang memperhatikan. Namun tak ada yang bisa mengganti perhatian orang tua meski terkadang hanya perhatian 1 orang tua saja.

Cukup disini penulis berbagi informasi bagi kalian. Moga bisa membantu terutama para survivor hebat yaitu single parents yang sedang berjuang merawat anak2 mereka sendiri. Kalian adalah orang2 paling tangguh yang pernah aq kenal.

Terima kasih buat Abang Dumay aku yang membuat aq terinspirasi menulis ini, moga ini juga bermanfaat bagi orang lain.

Dan maafkan bila penulis menyinggung perasaan kalian dengan membuka luka lama yang mungkin sulit terobati.

Penulis paham seberapa sakitnya kehilangan seseorang, namun penulis yakin kalian adalah orang tangguh dan tegar yang akan menatap masa depan dan bersikap maju dan mengarah kebaikan demi masa depan anak2 kalian.

Doaku selalu menyertai kalian para single parents.
Semoga Allah selalu memberi kekuatan, mencukupi segala kebutuhan kalian dan tetaplah ceria dan semangat selalu dalam kehidupan.

Kerja keras kalian akan terbayar terutama dengan melihat senyum bahagia serta kesuksesan Putra-putri kalian.
Terima kasih sudah bersedia membaca.

#onedayonepost

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ditunggu kritik sarannya yach kak!

Review foundation budget 150k

Hai blogger readers, Aku bukan seorang beauty blogger profesional, namun cukup mencintai dunia makeup sebatas hobby dan kebutuhan haria...